Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pertanaman kopi di Sumatra Utara (Sumut) 100% dikelola rakyat (perkebunan rakyat) dan mengandalkan berbagai varietas yang produksinya sudah menjadi langganan ekspor. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Sumut, total produksi kopi Sumut mencapai 66.639,81 ton dengan lahan seluas 89.142,06 hektare.
Dari produksi itu, kopi arabika masih mendominasi, di mana produksinya mencapai 58.155,09 ton dengan lahan seluas 70.199,92 hektare. Sementara kopi robusta sebanyak 8.485,72 ton dengan lahan seluas 18.943,17 hektare.
Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Herawati, mengatakan, produksi kopi Sumut naik dibandingkan tahun sebelummya, di mana produksinya mencapai 58.840,03 ton dengan lahan seluas 70.895,25 hektare.
"Produksinya naik sebanyak 7.809,78 ton. Tentu diharapkan produksinya akan naik terus karena pengembangan kopi juga salah satu fokus kami. Karena pasarnya masih sangat luas," katanya, Senin (13/5/2019).
Untuk kopi arabika, kata Herawati, sentranya ada di Mandailing Natal, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Samosir, Simalungun, Tapanuli Selatan, Dairi, Pakpak Bharat, Karo, Langkat dan Deli Serdang. Sementara daerah penghasil kopi robusta antara lain Simalungun, Dairi, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Pakpak Bharat, Padang Sidimpuan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Mandailing Natal, Nias Utara, Nias Barat dan lainnya.
Untuk produktivitas kopi arabika Sumut, kini berkisar 1,13 ton per hektare per tahun. Sementara kopi robusta sekitar 783,52 kg per hektare per tahun.
Herawati mengatakan, salah satu upaya menggenjot produksi kopi Sumut melalui program intensifikasi yang dilakukan di sentra-sentra tanaman kopi.
"Kita berharap bisa terus meningkatkan produktivitasnya. Kopi Sumut berlabel unggulan jadi sebenarnya pasarnya sangat luas. Karena saat ini, Sumut belum bisa memenuhi permintaaan buyer karena produksinya tidak mencukupi," katanya.
Belakangan, kekurangan pasokan kopi dunia memang terjadi karena tingkat konsumsinya yang terlampau tinggi. Seperti Finlandia misalnya. Di dunia, tingkat konsumsi kopi negara tersebut menjadi yang tertinggi dengan angka mencapai 11,4 kg per kapita per tahun, kemudian Norwegia sekitar 10,6 kg per kapita per tahun, Amerika Serikat sekitar 4,3 kg per kapita per tahun dan Jepang 3,4 kg per kapita per tahun.
Sedangkan tingkat konsumsi dalam negeri saat ini sekitar 1,2 kg per kapita per tahun. Justru masih rendah bahkan jika dibandingkan negara produsen kopi lainnya seperti Brazil yang tingkat konsumsinya sekitar 3-4 kg per kapita per tahun.