Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina yang kembali mencuat memberikan kekhawatiran bagi pelaku pasar keuangan baik luar maupun dalam negeri. Hal ini berimbas pada rontoknya saham-saham di bursa Asia beberapa hari terakhir baik Cina, Malaysia, Singapura, Korea, Thailand serta negara lainnya.
Semenjak adanya kritik Donald Trump terhadap Cina tersebut, terpantau penurunan saham di Cina yang sudah mencapai 10% dalam seminggu. Hari ini, indeks Shanghai dan Shenzhen juga masih menunjukkan pelemahan masing-masing 1,2% dan 1%.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulanya berhasil berada di zona hijau hingga menguat dilevel 6.238, pada perdagangan sesi 2 kembali berada di zona merah dan menyentuh level 6.135. IHSG akhirnya ditutup turun 73 poin atau turun 1,18% di level 6.135. Ini merupakan level terendah IHSG sepanjang tahun 2019.
"Minimnya sentimen dari dalam dan luar negeri tidak mampu menahan tekanan penawaran saham," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Senin (13/5/2019).
Pada perdagangan hari ini, seluruh sektor saham terpantau turun. Padahal pertumbuhan industri tekstil dan pakaian tercatat melonjak tinggi mencapai 18,98% di triwulan I-2019. Selain itu, pertumbuhan konsumsi juga menguat pasca pemilu. Namun hal ini belum cukup mampu mengangkat pelemahan IHSG.
Bukan hanya IHSG, rupiah juga mengalami pelemahan sebesar 1% ke level Rp 14.477 per dolar AS. Tarik ulur permintaan dan penawaran mata uang rupiah masih terus terjadi.
Dari dalam negeri, kata Gunawan, transaksi Domestic Non Delivery Forward (DNDF) diharapkan mampu menopang pelemahan rupiah. Namun demikian tekanan mata uang negara emerging market saat ini cukup kuat sehingga banyak mata uang yang melemah terhadap dolar AS.