Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Rachmawati Soekarnoputri 'menyentil' Menteri Kesehatan Nila F Moeloek soal kasus petugas KPPS meninggal dunia. Menurutnya seharusnya pemerintah bertindak cepat jika jumlah yang meninggal dunia mencapai ratusan.
"Kok kayaknya pemerintah tenang-tenang aja gitu loh. Mana Menteri Kesehatan? Meneng wae. Kan mestinya gerah ya? Lihat manusia ini bergelimpangan kayak gitu. Kalau sudah di atas 5-10 orang itu sudah genocide, pembunuhan itu. Menurut saya begitu," kata Rachmawati di kediamannya, Jl Jatipadang, Jakarta Selatan, Senin (13/5/2019).
Dia lalu membandingkan 'kehebohan' peristiwa KPPS meninggal dengan kasus Jessica Wongso terkait pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan kopi 'sianida'. Dia mengatakan kasus Jessica lebih ramai dibahas dibanding KPPS meninggal dunia.
"Orang 1 saja matinya ributnya setengah mati kasus apa gitu, Jessica ya waktu kena racun. Ini 500 (KPPS meninggal) kalau yang saya baca dan ini mungkin ini bisa bertambah karena yang sakit udah 4 ribuan," kata Rachmawati.
Ia menyebut berdasarkan keterangan dokter menurutnya tidak ada orang meninggal karena kelelahan. Justru ia menyarankan untuk melakukan autopsi agar mengetahui penyebab kematian secara pasti.
"Tanya dokter-dokter, ahli deh tidak ada kematian berdasarkan kelelahan. Kelelahan itu hanya gejala tapi harus ada medis lanjut apa diautopsi, autopsi bisa forensik bisa klinis kan begitu untuk mengetahui penyebab kematian. Ini kok meneng wae, ada apa? Mbok sadar lah ini pemerintahan sekarang ini. Itu imbauan saya," sambungnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengatakan pihaknya kini tengah melakukan proses audit medis ke seluruh petugas KPPS yang meninggal. Ada dua jenis audit medis yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat yakni audit medik dan autopsi verbal.
"Audit kita ada dua medik dan autopsi verbal. Audit medik yang masuk rumah sakit itu namanya audit medik karena kita punya catatan itu bukan sekadar nama, umur atau perempuan tapi nggak kita tanya tentu riwayat penyakitnya yang jelas di situ misal saya masuk tensinya tinggi, ECG-nya sudah berantakan dan sebagainya. Artinya kita sudah data dengan resiko penyakitnya ada," kata Nila usai acara Kemenkes Hari Peringatan Malaria Sedunia 2019 di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, Bali, Senin (13/5).
Dari catatan Kemenkes, rata-rata para petugas KPPS yang meninggal dunia di rumah menderita penyakit kronis, seperti jantung hingga stroke. Dia menyebut kelelahan bukanlah penyebab utama petugas KPPS meninggal dunia.
Selain itu, KPU dan Bawaslu meminta semua pihak tidak mempolitisasi penyebab petugas KPPS meninggal dunia. Bawaslu menyesalkan dan mengutuk adanya berita bohong (hoax) petugas KPPS meninggal karena diracun.
Komisioner Bawaslu Mochammad Afifuddin mengatakan penyebab petugas KPPS meninggal berbeda-beda, tetapi salah satunya karena kelelahan. Adapun KPPS juga menghadapi tantangan tekanan publik.
"Penyebab memang bervariasi, salah satu faktor yang kami himpun karena kelelahan dan faktor kerja yang beruntun dari TPS. Apalagi harus hadapi situasi di mana mereka menghadapi tekanan publik. Pengawasan sangat ketat secara psikologis juga berdampak," kata Afif. dtc