Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Produktivitas tandan buah segar (TBS) sawit di Sumatra Utara (Sumut) masih berada di kisaran 13,8 ton per hektare. Sementara produktivitas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) sekitar 2 ton per hektare per tahun. Kondisi ini jauh berbeda dengan negara produsen lain seperti Malaysia, di mana produktivitas TBS-nya mencapai 26-32 ton per hektare. Sedangkan produktivitas CPO negara tersebut sudah di angka 8-10 ton per hektare per tahun.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Dalhari Harahap, mengatakan, kondisi Sumut memang jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara produsen sawit lainnya.
"Jika melihat ada perbedaan sekitar 18,2 ton untuk produktivitas TBS, bisa dikatakan kalau pertanaman sawit kita sangat jauh tertinggal. Ini tentu bukan kabar baik, apalagi perkebunan masih salah satu sumber ekonomi Sumut," katanya, Rabu (15/5/2019).
Tentu jika ingin menggenjot produktivitas TBS dan CPO Sumut, upaya yang dilakukan harus maksimal. Untuk mencapainya, ada tiga poin utama yang ditargetkan oleh Apkasindo, yakni mensukseskan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), menggunakan bibit yang legal dan dari sumber benih, serta membudidayakan perkelapasawitan yang benar.
Untuk itu, kata Gus, Apkasindo tidak bisa jalan sendiri. Memang harus ada niat baik dari pemerintah untuk mencapai target tersebut dan tidak dengan cara-cara seperti yang lalu-lalu dimana semuanya di atas kertas saja. Diakui Gus, kendala pengembangan sawit memang tidak ada-nya linier tugas dengan bidang perkebunan khususnya sawit antara pemerintah pusat sampai ke kabupaten.
Selain itu, Sumut juga tidak punya rantai pasok yang menjamin keberlangsungan tata niaga TBS yang modern dan diawasi regulasi.
"Semua hanya di atas kertas dan mulut saja. Pelaksanaannya belum terealisasi. Selalu ada alasan dari para pengusaha untuk mengelak apabila harus menjalankan amanah regulasi," kata Gus.