Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnidaily.com-Langkat.Banyaknya produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit milik perkebunan dan petani hingga tidak tertampung di hampir semua pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) menyebabkan truk bermuatan TBS milik kalangan supplier sawit antre 2 - 3 hari di pekarangan pabrik. Pas giliran bongkar muatan, sedikitnya 2 ton TBS harus dibawa pulang dari muatan 6 ton TBS yang dibawa ke PKS, supplier pun mengaku merugi.
Beberapa supir truk angkutan di PKS PT Rapala Gebang, PT JPN Gebang, dan PKS UD Maju Bersama Teluk Meku Pangkalan Brandan mengatakan, mereka antre berhari hari menunggu muatan TBSnya di bongkar.
"Sudah dua hari belum bongkar, pas giliran bongkar, sekitar 2 ton TBS dibawa pulang karena sortiran yang tinggi, dari 6 ton sawit yang kami bawa. TBS sudah jadi tandan kosong (tangkos) karena berpipilan", ungkap Herman, salah satu supir pengangkut TBS di PT JPN Gebang, Kamis (16/5/2019).
Menurut Jhonson Sinaga, salah seorang pengepul dan supplier TBS di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Langkat, tangkos yang pulang dari pabrik akibat buah restan.
"Macam mana, di PKS truk antre dua hari, sedangkan TBS yang dipanen petani sudah kita timbang belum terangkut akibat 3 truk kita antre di pabrik. Ini menyebabkan buah sawit jadi buah restan. Artinya, sawit sudah brondol dan cukup masak yang dipanen petani terpaksa menginap di pelataran hingga dua hari, begitu diangkut ke dalam truk, dibawa ke pabrik juga antre. Makanya jadi tangkos karena TBS restan 4 - 5 hari, bobotnya juga menyusut," katanya.
Dijelaskannya, harga penjualan TBS di PKS A Kiat Teluk Meku hanya Rp 1.080/kg, di PKS PT Rapala sekitar Rp Seribu seratus lebih/kg. Maka kita beli kepetani TBS Rp 800 - Rp 700/Kg, tergantung jauh dan rute lahan sawit, jelasnya.
Secara terpisah, petani sawit juga mengaku merugi dengan harga sawit yang terus merosot.
"Kalau sawit di dusun Paluh Baru Desa Pasar Rawa ini tinggal Rp 700/kg, karena agen harus mengeluarkan TBS secara estavet hingga ke ujung jembatan darurat, makanya beda dengan diluar yang masih Rp 800/kg", sebut Syafi'i, salah seorang petani sawit Paluh Baru.