Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Konflik masyarakat hukum adat dengan pihak perusahaan Toba Pulp Lestari (TPL) diungkap oleh salah seorang warga perwakilan komunitas masyarakat hukum adat Sigapiton, Ajibata, Tobasa, Jabangun Sirait, di hari kedua Focus Grup Discussion (FGD) yang digelar Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) wilayah Sumatra, Kamis (16/5/2019) di Hotel Sere Nauli, Laguboti, Tobasa, Sumatra Utara.
Di depan Direktur Penanganan Konflik dan Tenurial Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK), Muhammad Said, Jabangun Sirait meminta KLHK menjawab persoalan itu. "Kami sudah bolak-balik berkonflik, tapi mereka (TPL-red) justru makin merajalela," kata Jabangun.
Direktur Kelompok Studi Pengembangan dan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) sebagai lembaga pendamping masyarakat hukum adat Sigapiton, Delima Silalahi, menambahkan, dalam beberapa hari belakangan, TPL melakukan penanaman eucalyptus di lahan warga masyarakat hukum adat Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Simalungun. Aktivitas itu justru dikawal aparat dan pemerintah kecamatan.
"Kalau diskusi kita sudah capek, bolak-balik kita diskusi, tapi masalah arogansi TPL enggak kita selesaikan. Mereka bawa tentara dan polisi untuk menakuti warga," kata Delima Silalahi yang juga menjadi salah seorang pembicara di hari kedua FGD. Dia berharap pemerintah pusat menghentikan sementara aktivitas TPL dalam situasi konflik sekarang ini.
Protes juga disampaikan Direktur Perhimpunan Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumatera Utara (Bakumsu), Manambus Pasaribu. "Ini negara siapa? Milik masyarakat atau milik TPL?" tanya Manambus ke Muhammad Said.
Menanggapi itu, Muhammad Said tidak menjawab secara spesifik. Namun dia menyatakan, dengan keluarnya pengakuan masyarakat hukum adat berikut hutan adatnya, salah satu solusi. "Maka kita dorong pemerintah setempat melahirkan Perda. Kalau itu sudah ada, kita tinggal verifikasi dan kurang lebih 3,5 bulan SK pengakuannya akan keluar," kata Muhammad Said.