Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Penetapan penurunan harga tiket pesawat 12-16% ternyata belum berdampak positif terhadap pariwisata di Sumatra Utara (Sumut). Pasalnya, penurunan tersebut belum mampu membuat harga tiket terjangkau alias masih mahal.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan dan Wisata Indonesia (Asita) Sumatra Utara (Sumut), Solahuddin Nasution, mengatakan, harga tiket pesawat sebelumnya naik sampai 40% dan sekarang harganya turun hanya sekitar 12-16%. "Penurunan harga tiket pesawat ini tidak memberikan kontribusi positif terutama untuk menggerakan pariwisata seperti di Sumut," katanya, Kamis (16/5/2019).
Padahal pemerintah ingin membuat pariwisata sebagai leading sektor pertumbuhan ekonomi. Karena itu sudah seharusnya pemerintah konsisten serta mampu mengatur dan menertibkan peta niaga angkutan udara yang berpihak pada sektor pariwisata.
Menurutnya, pemerintah seolah-olah ingin menyahuti derasnya tuntutan masyarakat tentang mahalnya harga tiket pesawat. Akan tetapi tidak menyelesaikan masalah dan harga tiket di dalam negeri masih mahal jika dibandingkan dengan tiket ke luar negeri.
Jika kondisi ini dibiarkan, kata Solahuddin, maka yang rugi adalah Indonesia karena hal tersebut memberikan keuntungan kepada negara-negara tetangga. "Orang akan lebih memilih melakukan perjalanan wisata ke luar negeri dibandingkan ke dalam negeri karena harganya yang sangat tinggi," katanya.
Menurut Solahuddin, ada keanehan yang terjadi dengan harga tiket pesawat saat ini. Biasanya, saat musim sepi seperti Ramadan, harga tiket pesawat murah tetapi sekarang tetap mahal.
Dia menuding, dua grup airlines di Indonesia yakni Garuda Group yang didalamnya ada Citilink, Sriwijaya dan Nam Air dan Lion Group yang didalamnya ada Batik dan Wings "bermain" dengan harga. Padahal, keduanya selama belasan tahun selalu bersaing.
"Kita melihat dua grup ini menjadi akur dan kompak dalam memberikan harga. Pada musim sepi pun mereka kompak memberikan harga di tarif batas atas dan hal tersebut merupakan suatu keanehan," katanya.
Keanehan itu karena tidak ada persaingan antara airlines di Indonesia tersebut. Ini menjadi tanda tanya besar sehingga wajar jika orang menduga-duga ada apa dengan hal tersebut apakah ada kartel atau lainnya.