Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pemudik Lebaran tahun ini bakal susah payah melintasi jalan lintas Sumatra (Jalinsum) Aek Latong, yang menghubungkan Tapanuli Utara (Pahae) ke Tapanuli Selatan (Sipirok), Sumut.
Pasalnya, kondisi jalan itu masih rusak.
Sebagaimana diketahui, kerusakan jalan sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu. Penyebab utamanya adalah karena jalan Aek Latong berada tepat di atas jalur vulkanik.
Penyebab lainnya adalah dominannya air di bagian bawah tanah jalan tersebut, yang kerap memicu pergerakan tanah. Hal itu pulalah yang membuat penanganan Jalinsum Aek Latong tak tuntas-tuntas selama ini.
Kajian-kajian dan juga diskusi serta seminar penyelesaian permasalahan jalan itu, yang juga sebagian sudah terimplementasi di sana, namun tetap saja Jalinsum Aek Latong tak bagus-bagus.
Namun titik terang permasalahan jalan itu sudah dimulai saat ini. Kepala Dinas Perhubungan Sumut, Abdul Haris Lubis, mengatakan, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR sedang melakukan studi (feasibility study).
Melalui studi itu, akan ditemukan kesimpulan, misalnya metode atau strategi seperti apa yang tepat dilakukan untuk penanganan jalan rusak Jalinsum Aek Latong itu. "Saat ini studinya," ujar Abdul Haris Lubis, Jumat (17/5/2019).
Setelah ada hasil feasibility study, barulah penanganannya dilakukan tahun depan. Untuk itu perlu dukungan semua pihak, termasuk dukungan masyarakat dan pemerintah daerah.
"Kemarin sewaktu kita di Bina Marga terus menyuarakan penanganan Aek Latong ini," kata mantan Kadis Bina Marga dan Bina Konstruksi Sumut tersebut.
Lalu apa alternatif bagi pemudik yang hendak menuju Tapsel jika datang dari dan menuju arah Taput?. Abdul Haris mengatakan bisa dari Batu Jomba. Meski juga berisiko, namun sedikit lebih memungkinkan daripada Aek Latong.
Kemudian bisa lewat Siborongborong-Sipirok lintas Pangaribuan, Taput. Tetapi dari lintas Pangaribuan, waktu tempuhnya lebih lama.
Sebagaimana diketahui, jalan Aek Latong membelah kawasan hutan dengan tanah bergambut itu, mulai amblas di penghujung dekade 1990-an. Kondisinya makin parah pasca gempa yang mendera Aceh dan kawasan Pulau Sumatera bagian Utara beberapa tahun lalu.
Para pakar vulkanologi menilai, jalan Aek Latong berada tepat di atas jalur vulkanik, yang sambung- menyambung ke urat vulkanik yang memicu gempa di Aceh.
Ketika terjadi pergerakan jalur vulkanik, permukaan Aek Latong amblas. Jalur Jalinsum ikut amblas, membuat aspal retak dan pecah. Dalam hitungan lima tahun, jalur Aek Latong itu amblas sekitar 15-20 m membuat daerah perbukitan itu menjadi cekungan yang digenangi air.
Selama ini, jalur ini cukup ramai dilintasi karena selain menghubungkan Taput dengan Tapsel dan Sibolga, juga karena statusnya sebagai Jalinsum. Selama ini juga, jalur ini menjadi momok yang menakutkan bagi pengguna jalan karena kondisinya yang kerap longsor dan medannya curam.