Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman terkesan dengan semangat warga di Desa Kokida, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam mengolah lahan sawah rawa.
Di desa ini, ibu-ibu yang bertugas menanam padi di sawah. Sementara para suaminya mengolah lahan agar siap ditanami. Ini terungkap saat Amran melakukan tanya jawab dengan petani di Posko Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) dalam rangkaian kunjungan kerjanya seperti dikutip Kamis (30/5/2019).
"Yang tanam siapa?," tanya Amran.
"Ibunya (istri)," jawab Surono, seorang petani sawah rawa.
"Istrinya yang tanam? Bapak ngapain?," tanya Amran lagi.
"Siapkan lahannya pak," kata Surono.
"Hebat ini ibu-ibu, patut dicontoh semangatnya. Kalau bapak dan ibu tanam, hebat pertanian kita pak. Alat panen sudah dikirimkan? Disuruh bayar nggak?,"ujar Amran sembari bertanya lagi.
"Ndak Pak Menteri, malah dikasih uang untuk biaya pembuatan irigasi,"kata Surono.
Saat ditanya adakah keluhan lain yang ingin disampaikan? Surono dan istrinya kompak menjawab jalan usaha tani. Akses jalan desa memang terlihat belum memudahkan petani untuk mengangkut hasil panen. Melihat kondisi ini, Amran meminta Bupati selaku kepala daerah turut memberi dukungan dengan memperbaiki jalan.
"Kita bangun negara kita dengan pertanian. Kita bantu petani. Kita keroyok, Pak Bupati tolong ambil bagian. Pak Camat ambil bagian ya. Kita keroyok ini supaya kaya negara kita ini. Nanti negara kita jadi contoh lumbung pangan dunia," pungkas Mentan menyemangati.
Kiriman alat mesin pertanian, terutama excavator memang telah memompa semangat petani Desa Kokida. Terlebih selain excavator, petani juga mendapatkan bantuan uang untuk kegiatan operasional membuat saluran irigasi sawah rawa.
"Excavator kita manfaatkan bergiliran. Juga ada uang yang digelontorkan, kelompok-kelompok tani yang mengaturnya. Untuk membangun gorong-gorong, konektor, pembersihan saluran, pembuatan saluran kwartet dan tersier," ungkap Purwanto, Ketua Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) Kolam Kiri Dalam Satu (Kokida).
Marten, seorang petani transmigran sangat merasakan manfaat bantuan program Serasi. Ia bercerita, di awal saja program ini sudah membenahi parit yang hasilnya sangat nyata.
"Air sudah kelihatan lancar. Sudah dibenahi. Dulu ndak lancar, ada lumpur. Sekarang sudah ndak ada lumpur,"
*Sistem Irigasi Kunci Keberhasilan Sawah Rawa*
Pengaturan sistem irigasi memang menjadi kunci dalam mengelola sawah lahan rawa. Pasalnya, saat musim hujan air kadang berlebih. Sebaliknya saat musim kemarau lahan rawa menjadi kering. Akibatnya para petani di lahan rawa hanya menanam padi satu kali dalam setahun untuk menghindari musim penghujan. Persoalan itu kini teratasi lewat tata kelola irigasi.
"Dengan prinsip tersebut, maka petani dapat mengatasi kekurangan air (air baku pertanian) pada saat musim kemarau," ujar Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy.
Begitu juga saat musim hujan bisa membuang kelebihan air, sehingga mampu memproteksi lahan dari genangan banjir saat musim hujan.
"Jadi secara operasional bisa melakukan sirkulasi untuk mengatasi masalah kualitas air," kata Sarwo
Dengan upaya-upaya terencana dan terukur ini, Sarwo meyakini program Serasi yang dimulai dua tahun lalu akan sukses menjadikan lahan rawa sebagai alternatif lumbung yang mencukupi kebutuhan pangan nasional, bahkan dunia.(dtf)