Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pengusulan Nahum Situmorang untuk menjadi pahlawan nasional kembali bergema. Hal itu dapat dilihat di media sosial dan sejumlah grup WA yang secara khusus membahas soal kebatakan. Wacana itu kembali muncul setelah ditulis di sejumlah media online, belum lama ini.
Disebutkan di pemberitaan itu, karya-karya Nahum Situmorang sudah menjadi legenda musik yang identik dengan Sumatra Utara. Bahkan pada pada Minggu (9/6/2019), Ketua Umum Yayasan Karya Cipta Abadi Komponis Guru Nahum Situmorang, Andar Situmorang, membuat surat terbuka kepada Presiden Jokowi yang isinya meminta agar Nahum diangkat menjadi pahlawan nasional. Surat terbuka itu mendapat reaksi positif dari masyarakat umum.
Sebelumnya, belum lama ini, pengusulan Nahum Situmorang menjadi pahlawan nasional juga sudah pernah diperjuangkan Komunitas Lisoi yang didirikan sekelompok pemerhati seni budaya di Medan. Ketua Komunitas Lisoi, Idris Pasaribu, mengatakan, sudah sangat wajar Nahum diangkat menjadi pahlawan nasional. Setidaknya dari 171 lagu yang diciptakannya, sebagian besar sangat populer di masyakarat Indonesia. Sebut saja "Pulo Samosir" "Maragam-ragam", "Lisoi", "Situmorang""Ketabo-ketabo" "Rita Dilindungi" dan sebagainya.
"Dia adalah musisi legendaris yang kaya akan warna musik. Dari pop, jazz, keroncong, blues dia kuasai. Karyanya juga berangkat dari realita masyarakat. Dia seniman yang sangat peka," kata Idris.
Ditambahkan Idris, dalam mencipta lagu, Nahum punya cara yang unik. Dimanapun dia singgah ke warung kopi, dia membawa sekotak korek api yang masih baru. Saat ide datang, sambil bergumam dia akan menyusun batang korek api seperti layaknya menyusun partitur not balok. Begitulah dia cara menghafal nada yang datang tiba-tiba di kepalanya, terang Idris.
"Sudah hampir seratus tahun, tapi lagu-lagunya masih terus dinyanyikan. Bahkan diproduksi terus dalam berbagai rekaman," kata Idris.
Hal sama juga disampaikan dosen musik dari Universitas Nommensen, Harry Dikana Situmeang, Dalam sebuah seminar tentang Nahum Situmorang yang berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara, belum lama ini, Harry mengatakan Nahum adalah seniman nasionalis yang banyak mengangkat realitas yang terjadi di sekitarnya.
Juga ketika banyak musisi Batak yang memilih tema-tema nasionalis dengan eksklusivismenya itu, Nahum justru bergerak dari bawah.
Nahum sendiri lahir di Sipirok, Tapanuli Utara, 14 Februari 1908. Selama hidup, selain menjadi pemusik, Nahum juga pernah menjadi guru dan mekanik. Ia juga pernah ikut kompetisi mencipta lagu kebangsaan Indonesia yang dimenangkan WR Supratman. Kabarnya lagu ciptaannya menduduki peringkat kedua. Nahum meninggal pada 20 Oktober 1969 dan dimakamkan di TPU Gajah Mada, Medan.
Ilustrasi wajah Nahum Situmorang disandingkan dengan foto Presiden Jokowi.