Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Saran pemerintah Amerika Serikat agar para negara sekutu ikut memblokir Huawei tidak begitu saja dipatuhi. Di Asia Tenggara misalnya, praktis Huawei tetap melenggang.
Filipina, salah satu sekutu tertua AS di Asia, tetap jalan terus dengan rencananya menggunakan perangkat Huawei dalam pengujian jaringan 5G. Juga sistem pengawasan perkotaan mereka memakai teknologi Huawei.
Menurut Brian Harding dari lembaga Center for Strategic and International Studies di Washington, hal itu menggambarkan upaya AS melucuti Huawei di Asia Tenggara tidak berhasil. Apa alasannya kira-kira?
"Ada suara skeptis apakah argumen AS tentang sifat jahat Huawei dan hubungannya dengan pemerintah China merupakan sesuatu yang valid. Dan ada rasa frustrasi karena pemerintah AS tidak membawa alternatif yang layak," kata Brian, dikutip dari Los Angeles Times.
Dengan populasi total 650 juta orang, sekitar separuh berusia di bawah 30 tahun, Asia Tenggara jadi pasar penting bagi perusahaan teknologi. Apalagi bagi Huawei, mengingat dengan adanya pemblokiran di AS, Jepang ataupun Australia, membuat Asia Tenggara jadi salah satu andalan.
Selain soal skeptis, negara di Asia Tenggara tak mencekal Huawei karena tak ingin tertinggal dalam perlombaan jaringan 5G. Apalagi harga yang ditawarkan Huawei lebih murah.
"Huawei telah membuat reputasi sebagai penyedia perangkat jaringan yang value for money dan sangat menggoda untuk pasar yang sedang tumbuh dan berkembang," ujar John Ure, direktur Telecommunications Research Project di University of Hong Kong.
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, bulan lalu sudah menegaskan negaranya akan memakai teknologi Huawei sebanyak mungkin. "Kemampuan penelitian Huawei jauh lebih besar dari kemampuan Malaysia. Kami akan menggunakan teknologi mereka semaksimal mungkin, ujar Mohamad.
Sedangkan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengaku belum menentukan akan memakai vendor mana dalam menggelar jaringan 5G. Tapi ia menyatakan tidaklah realistis mengharapkan ada vendor yang 100% aman.
Para operator di Indonesia, Thailand sampai Kamboja juga memakai Huawei dalam pengembangan jaringan 5G. Operator Globe di Filipina meyakini isu sekuriti Huawei adalah berlebihan. "Huawei tetap merupakan mitra yang penting," kata juru bicara Globe, Maria Yolanda Crisanto.
Sementara Vietnam menjadi satu-satunya negara yang tidak akan memakai teknologi 5G Huawei, mereka kemungkinan menggandeng Nokia atau Ericsson. Negara ini sudah lama curiga dengan China jika menilik sejarah mereka, sehingga seperti AS, khawatir Huawei bisa jadi mata-mata China.
"Sekuriti adalah salah satu pertimbangan utama untuk tidak bergantung pada Huawei. Kedua, Vietnam berkeinginan mandiri dalam jangka panjang di teknologi, terutama 5G," ucap Le Hong Hiep, pakar Vietnam di ISEAS-Yusof Ishak Institute.(dtn)