Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily-Medan. Kaum milenial di Medan mulai bersuara menyikapi situasi Kota Medan menjelang Pilkada Serentak 2020. Mereka mengadakan Kongkow-Kongkow Politik Milenials Kota Medan, dengan mengangkat tema 'Mencari Tokoh Alternatif untuk Pilkada Kota Medan', di salah satu kafe di Medan, Kamis (13/6/2019) malam.
Hadir sebagai pembicara utama Qahfi Romula Siregar (mantan Sekjen DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadyah), Effendi Kardo Naibaho (mantan Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Kota Medan, Julwandri Munthe (mantan Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Katholik Indonesia Kota Medan, Ruben Panggabean (mantan Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Kota Medan, dan One September Situmorang (tokoh Pemuda Sumatera Utara).
Acara ini juga dihadiri mahasiswa lintas kampus, seperti USU, Unimed, Universitas Medan Area, Universitas HKBP Nommensen Medan, UISU, Panca Budi, Darma Agung, Unika ST Thomas, UINSU, Methodist, dan UNPRI.
Qahfi bercerita alasan diangkatnya tema diskusi ini pertama karena kegelisahan dan keprihatinannya melihat situasi Kota Medan saat ini. Kedua karena Pemerintah Kota Medan di bawah Dzulmi Eldin sebagai wali kota dinilai sudah gagal.
"Pemerintahan sudah berjalan sekitar 4 tahun, tapi tidak ada tanda-tanda perbaikan. Mengutip tagline politik Dzulmi Eldin pada kampanye 2015 yang lalu, 'Medan Rumah Kita' tapi jika Kota Medan diibaratkan sebagai sebuah rumah, maka rumah itu bisa kami gambarkan seperti pondasi dan bentuk rumah sudah hancur dan hampir roboh, sedangkan segala perabotan rumah tangga yang berada di dalamnya sudah busuk dan bau," kata Qahfi bersuara.
Itu terjadi, menurutnya, akibat sering kali kota ini dihantam banjir saat hujan turun, halaman rumah sudah gundul, lingkungan gersang dan panas, karena tidak adanya taman dan ruang terbuka hijau.
"Tidak ada tempat bermain anak dan berkumpulnya keluarga yang cukup sehingga menimbulkan stres. Akses jalan menuju rumah juga hancur lebur, berlobang, dan macet. Lingkungan sekitar rumah juga kumuh dan tidak tertata rapi. Situasi lingkungan yang tidak aman karena tingginya kriminalitas dan kejahatan. Situasi ini pada akhirnya menyebabkan tamu menjadi takut dan malas untuk berkunjung ke rumah," bebernya lagi.
Oleh karena itu, masih kata Qahfi, ia warga sebagai pemilik rumah sudah tidak nyaman dan tidak betah tinggal di rumah, sehingga berencana untuk pindah dan menjual rumah tersebut.
"Jadi inilah mengapa kami menyimpulkan Wali Kota Medan telah telah gagal menciptakan 'Rumah Layak Huni' bagi warganya," tegasnya lagi.
Effendi Naibaho turut menambahkan, mereka sangat berharap melihat Kota Medan bisa seperti Kota Surabaya di bawah Tri Rismaharini atau Kota Bandung saat di bawah Ridwan Kamil.
"Dengan APBD sekitar Rp 6 Triliun per tahun, berarti Pemko Medan di bawah Dzulmi Eldin sudah mengelola sekitar Rp 24 triliun selama 4 tahun ini. Tapi kita menjadi bingung, ke mana semua peruntukan dana itu? Malah Medan masih menyandang predikat sebagai kota terjorok yang diumumkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam penilaian Adipura 2018," keluh Effendi Naibaho.
Selain itu juga, Kota Medan sempat mendapat julukan kota sejuta lobang. Seperti beberapa waktu lalu, yang viral di media sosial dan media massa. Presiden Jokowi terkejut melihat kondisi jalanan Kota Medan yang hancur dan berlobang sewaktu beliau melakukan kunjungan kerja di Kota Medan. Presiden Jokowi sampai menegur dan mengultimatum Dzulmi Eldin dengan berkata 'Segera Perbaiki Jalan Rusak di Medan atau Saya Duluan yang Kerjakan'.
"Ini sangat menampar dan mempermalukan Kota Medan. Sampai sekarang jalanan Kota Medan masih juga rusak dan berlobang. Omongan Presiden saja tidak didengarkan apalagi omongan kita masyarakat yang biasa ini. Jadi solusinya memang kita harus ganti Wali Kota Medan, supaya perbaikan dan perubahan itu nyata terjadi," bebernya.
Oleh sebab itu, kaum milenial di Medan ini melihat perlunya sosok tokoh baru yang siap untuk turun menyelesaikan persoalan-persoalan yang tengah dihadapi Kota Medan saat ini. Agar cita-cita menjadikan Medan sebagai Wajah Indonesia bisa segera terwujud.
"Adapun kriteria tokoh yang kami inginkan memimpin Kota Medan ke depan adalah tokoh yang memenuhi kriteria 'Muda, Cerdas, Tangguh, dan Berprestasi' Setelah kami mengamati beberapa waktu belakangan ini, kami menemukan tokoh yang memenuhi kriteria kami ini dan tokoh kami itu bernama Jansen Sitindaon," timpal Qahfi yakin.
Menurutnya, sepak terjang Jansen setelah mengikuti dari berbagai media, mulai dari media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan Youtube, media cetak maupun online, sampai media televisi, Jansen Sitindaon atau Bang Jansen begitu biasa dipanggil termasuk dalam kategori politisi muda nasional yang dimiliki Indonesia saat ini.
"Kami juga salut dan respect kepada Bang Jansen, di usia yang masih tergolong muda sudah mampu dipercaya oleh Presiden ke 6 Indonesia, SBY sebagai juru bicara beliau dan Partai Demokrat. Jadi mengapa kami memberikan kriteria harus muda? Selain merepresentasikan kami kaum milenial, muda juga identik dengan enerjik dan semangat, perlu tokoh yang siap turun ke lapangan dan bukan sekedar berdiam di kantor untuk menyelesaikan persoalan Kota Medan. Kalau selama ini, kami melihat Wali Kota Medan cenderung pasif dan pemalas," sindirnya.
"Jadi atas dasar sederet prestasi yang dimiliki Bang Jansen itu, kami meyakini beliau sanggup menuntaskan persoalan Kota Medan," jelasnya, seraya mengatakan melalui forum kecil ini meminta Jansen Sitindaon untuk mau turun dan maju pada Pilkada Kota Medan tahun depan.