Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kemenkes bersama Kominfo saat ini tengah mendorong pelarangan atau pemblokiran iklan rokok di dunia maya (internet). Hal ini dilakukan, agar pemerintah dapat menekan jumlah angka perokok, terutama terhadap anak-anak.
Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumatra Utara (Sumut), dr Delyuzar Sp.PA, menyebutkan, langkah yang diambil oleh Kemenkes tersebut memang sudah tepat dan perlu didukung. Namun, ia menilai, pemerintah juga harus membarenginya dengan memperkencang kampanye (iklan) anti rokok.
"Yang perlu dilakukan pemerintah, selain membatasi atau melarang iklan rokok, juga harus terus mempromosikan bahaya rokok. Tak ketinggalan, juga turut memperbanyak kawasan bebas rokok di areal publik," ungkapnya kepada wartawan, Kamis (20/6/2019).
Menurut Delyuzar, iklan rokok sangat berkolerasi terhadap tingkat kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh rokok. Padahal diwaktu yang sama, sebut dia, cukai yang dihasilkan dari perusahaan rokok justru dianggap tidak sebanding dengan angka yang dikeluarkan akibat dampak dari rokok.
"Jadi kalau bagi saya, mengurangi iklan rokok itu menyelamatkan masyarakat. Karena melalui iklan terutama di dunia maya akan semakin menarik jumlah perokok. Tentunya ini akan meningkatkan jumlah orang sakit, dan pengeluaran pemerintah juga akan jauh lebih besar," jelasnya.
Untuk itu Delyuzar berpendapat, pemerintah perlu belajar dari apa yang dilakukan oleh negara lain dalam menghadapi persoalan rokok ini dalam dunia kesehatan. Misalnya dengan memberlakukan cukai yang tinggi, sehingga angka perokok dapat ditekan. "Jadi dengab pengaturan itu, tidak semua orang bisa membeli rokok," imbuhnya.
Akan tetapi hal yang berlaku di tanah air, sambung dia, selain cukainya yang relatif rendah, dampaknya juga sangat besar. Akibatnya, rokok dengan bebas diperjual belikan, bahkan terhadap anak-anak dibawah umur.
"Ini kan rawan terhadap penyakit seperti jantung, kelainan pembuluh darah, kanker, maupun paru-paru. Memang akhirnya perusahaan rokok sekarang sudah ikut menanggung kerugian dari dampak rokok. Tapi itu kan sebetulnya tidak sebanding," pungkasnya.