Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Perang tarif antara ojek online (ojol) belakangan ini terkesan sangat 'brutal'. Padahal pengaturan batas tarif sudah ditentukan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Peraturan Menteri Nomor 12 tahun 2019. Tetapi keputusan pembatasan tarif tersebut ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan. Justru yang terjadi ada operator ojol yang melakukan jor-joran lewat promo.
"Saya yang juga turut menjadi pelanggan ojol tersebut, menilai ada salah satu yang secara sengaja memberikan banyak promo. Saya menilai promo yang diberikan tersebut bahkan jauh lebih murah dari harga keekonomiannya. Saya mengacunya ke Peraturan Menteri Nomot 12 tahun 2019 untuk menghitung harga keekonomian tarif ojol," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Sabtu (22/6/2019).
Gunawan mengatakan, dia menemukan untuk jarak sekitar 3 km yang seharusnya bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 5.400 hingga Rp 6.900, tetapi karena menggunakan promo, biaya yang dikeluarkan hanya sekitar Rp 3.000 saja. Lalu dengan promo jor-joran, bagaimana perusahaan itu mengambil keuntungan dengan meotode-motode berjualan jasa seperti itu.
Gunawan mengindikasikan salah satu Olojol ini memang tengah melakukan perang terbuka. Sementara disisi lain, aturan main yang diterapkan belum komperhensif dalam mengatur ojol. Perang seperti ini jangan dibiarkan. Karena memang ujung-ujungnya nanti akan ada yang dikalahkan dan bentuk pasarnya bisa berujung ke monopoli.
"Monopoli ini kan berbahaya bagi konsumen. Kalau perang harga saat ini pastinya akan menguntungkan konsumen. Tetapi kita juga perlu memikirkan kesejahteraan mitra ojol itu dalam hal ini ya driver ojol-nya. Aturan itu sudah seharusnya tidak melindungi salah satu pihak saja," kata Gunawan.
Dia menambahkan, komunikasi antara pemilik ojol sepertinya memang tidak begitu baik. Berbeda dengan maskapai penerbangan lokal yang dikuasai oleh Garuda dan Lion. Meskipun mereka berdua dikritik habis-habisan bahkan diancam akan didatangkan kompetitor dari pihak asing dikarenakan harga tiket dinilai kemahalan, tetapi keduanya konsisten dalam pengaturan harga tiket pesawatnya dan cenderung seirama.
Meskipun memang disayangkan solusinya harus mendatangkan maskapai asing untuk menekan harga. Karena yang perlu diperhatikan adalah bahwa kepentingan nasional yang harus diutamakan. Dalam konteks perang ojol ini, Gubawan menilai kepentingan nasional yang harus dilindungi yang paling utama adalah kesejahteraan para driver ojol.
"Karena sudah pasti drivernya adalah warga negara Indonesia. Kedua adalah konsumennya, sudah barang pasti konsumennya ya kita semua. Dan ketiga adalah mengutamakan kepentingan ojol milik anak bangsa. Jadi skala prioritas kebijakan yang diambil seharusnya seperti itu. Jangan hanya menyerahkan sepenuhnya ke mekanisme pasar. Dan menghadirkan para pesaing baru," kata Gunawan.
Dia menilai baik maskapai maupun ojol, dimana asing yang masuk didalamnya dengan harga tiket yang bersaing, ini bisa mengindikasikan bahwa mereka (asing) berani rugi diawal untuk menguasai pangsa pasar Indonesia. Selanjutnya mereka akan menguasai, dan kalau sudah begini mereka yang akan mengaturnya. Ini ancaman yang perlu diwaspadai di masa yang akan datang.