Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ekspor karet alam Sumatra Utara (Sumut) pada Januari-Mei 2019 tinggal 174.345 ton atau turun 11% dibandingkan periode sama tahun 2018 sebanyak 196.514 ton. Penurunan ekspor karet dipicu melorotnya permintaan pasar dunia, ditambah kebijakan pembatasan ekspor komoditas tersebut.
"Penurunan ekspor karet salah satunya memang karena pembatasan ekspor. Tapi permintaaan dari buyer memang sepi," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, Selasa (25/6/2019).
Menurut Edy, penurunan ekspor akibat daya beli yang menurun sebagai faktor ekonomi yang belum stabil dan ditambah ada kebijakan pembatasan ekspor (AETS) secara internasional dengan tujuan mendorong harga karet alam.
Ekspor karet alam pada Januari 2019 mencapai 33.679 ton, 32.386 (Februari). Kemudian 33.054 ton (Maret), 37.211 ton di April dan 38.015 pada Mei.
"Biasanya usai triwulan I-2019, permintaan mulai naik atau menjadi di kisaran 40.000-an ton.Tetapi tahun 2019 tidak terjadi," katanya.
Begitupun, masih tertolong karena penjualan di pasar lokal naik meski belum maksimal. Pada Januari-Mei 2019, penjualan karet di pasar lokal mencapai 20.500 ton dari periode sama 2018 yang 15.911 ton.
Adapun harga ekspor karet masih belum bagus atau US$ 1,48/kg di posisi 20 Juni. Sementara harga bahan olah karet (bokar) sekitar Rp 16.000/kg.
"Pengusaha dan petani berharap permintaan dan harga jual naik. Meski memanb kurang optimistis bisa terjadi karena situasi ekonomi global yang belum membaik," kata Edy.