Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kasus penyakit Tuberculosis (TB) di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sepertinya masih tergolong tinggi. Sebabnya pasien penderitanya masih cukup banyak, termasuk di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan.
Kassubag Humas RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak, menyampaikan, berdasarkan data yang dimilikinya, sepanjang tahun 2018 jumlahnya pasien rawat jalan untuk penderita TB bahkan mencapai hingga sebanyak 6.267 kunjungan.
Sedangkan periode Januari sampai Mei 2019, jumlah pasien rawat jalan penderitanya di rumah sakit milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tersebut, juga telah menembus angka 834 kunjungan.
"Pasien TB memang cukup tinggi di sini. Apalagi sebagai rumah sakit ini tipe A, pasien yang datang, selain dari Medan, juga banyak dari luar daerah hingga Aceh," ungkapnya kepada wartawan, Senin (1/7/2019).
Begitupun lanjut Rosa, untuk pasien TB yang melakukan rawat inap di RSUP H Adam Malik juga tergolong banyak. Ia memaparkan, pada tahun 2018 jumlahnya mencapai 433 pasien, dan pada 2019 mencapai 193 pasien.
Sementara itu, Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumut, dr Delyuzar SpPA (K), mengatakan, terjangkitnya seseorang dengan penyakit TB ialah lantaran ada faktor penularan. Untuk itu ia menyatakan, hal yang paling penting dilakukan adalah melakukan pengobatan terhadap penderitanya agar tidak menularkan.
"Jadi bila kita melihat data yang tinggi itu berarti ada upaya melakukan penemuan kasus TB. Hal ini justru akan lebih baik daripada kita tidak menemukan kasusnya sedangkan penyakitnya berkeliaran di masyarakat. Untuk itu, orang yang terkena TB harus segera diobati dan harus dicari dari mana ia mendapatkan penyakitnya itu," jelasnya.
Selain diobati, Delyuzar juga mengungkapkan, juga harus dilakukan investigasi siapa saja yang sudah tertular penyakit tersebut. Karena bila masih ada penderita, apalagi yang tidak terdeteksi dan dia tetap berkeliaran maka resiko penularan penyakit TB akan tetap tinggi.
"Jadi, orang yang kurang gizi, pasien Diabetes Melitus (DM), dan HIV-AIDS akan lebih mudah terinfeksi TB. Bahkan belakangan ini cukup tinggi kasus penyakit DM yang disertai dengan TB,” bebernya.
Oleh karen itu, agar tidak mudah terinfeksi TB, Delyuzar menyarankan agar masyarakat meningkatkan daya tahan tubuhnya dengan gizi dan istirahat yang cukup. Sehingga bila ada penderita TB di sekitar, resiko penularannya jauh lebih rendah.
"Kalau mengalami batuk lebih dari dua sampai tiga minggu, kemudian berat badan dan nafsu makan menurun, ditambah lagi ada batuk berdarah, maka harus diwaspadai serta cepat dilakukan pemeriksaan. Sebab penanganan TB akan berlangsung cukup lama dan konsumsi obat harus teratur 6 sampai 9 bulan," pungkasnya.