Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Era digitalisasi telah menggerus omzet pelaku usaha industri grafika. Karenanya, usaha diminta untuk jeli melihat kebutuhan pasar agar mampu bersaing dan bertahan. Di samping juga harus kompak dan saling bersinergi agar tidak menjadi penonton.
“Pesaing usaha ini, tidak hanya domestik namun juga dari luar negeri juga ada. Kita harus bersiap, jangan sampai menjadi penonton, atau calo saja. Ini hanya bisa dilawan percetakan Indonesia, dengan harus kompak, tidak saling sikut, tidak saling banting-bantingan harga,” ujar Ketua Umum Persatuan Perusahan Grafika Indonesia (PPGI), Ahmad Mughira Nurhani disela-sela pelantikan pengurus DPD PPGI Sumatera Utara, Rabu (3/7/2019).
Memang, akunya, jika langkah seperti tersebut dilakukan untuk jangka pendek, masih bisa untuk menopang hidup. Namun, sangat berbahaya untuk kelangsungan usaha jangka panjang. Karena mesin tentunya, tidak bisa diperbaiki. Apalagi membeli mesin baru tidak akan bisa.
Indonesia, sebutnya, ada sekira US$415 miliar pangsa pasar percetakan mulai dari usaha kecil hingga besar. Salah satu peluangnya, packaging (kemasan) yang memiliki prospek menjanjikan. Hal ini sudah mulai bisa direbut dan dilayani.
Sekertaris Daerah Provsu, Hj Sabrina dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Plt Kadis Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sumut, M Ayub mengatakan PPGI memiliki peranan penting. Namun, ditengah kemajuan dunia digital saat ini industri grafika tergerus. “Di era digital saat ini, adanya kebutuhan akan barang cetak yang berkualitas tinggi dengan proses pengerjaan yang semakin mudah dan cepat merupakan pilihan yang harus diambil oleh pelaku bisnis percetakan. Apalagi persaingan akan dunia bisnis saat ini semakin ketat,” ujarnya.
Karenanya, para pelaku industri percetakan ini sebutnya harus jeli melihat peluang dan kebutuhan pasar yang semakin beragam. Dengan mengikuti trend dan perkembangan yang ada di masyarakat.
Sementara Ketua PPGI Sumut, Rafriandi Nasution, mengakui ditengah era digitalisasi saat ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha grafika. Meski demikian, dia mengaku optimis akan bisnis tersebut akan tetap dibutuhkan. Rafriandi juga mengamini ditengah ketatnya persaingan saat ini, pelaku usaha industri grafika ini tidak bisa berjalan sendiri. Namun harus saling harus bersinergi dan berkolaborasi.