Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Hati manusia tidaklah terbuat dari mesin. Ibarat mobil, jika kunci kontak di-start, maka mesin mobil akan menyala. Sebaliknya jika dimatikan, mesin mobil pun tak hidup. Serba serta-merta.
Adapun hati, jika sedang bergembira akan terasa berhari-hari. Semakin berbunga-bunga jika diceritakan kepada taman sejawat. Tapi jika sedang berduka, kesedihan akan tidak mudah hilang. Perlu waktu untuk memupus duka, meski tak pernah terlupakan.
Ilustrasi itu barangkali bisa menggambarkan suasana hati Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ketika Mahkamah Konstitusi menyatakan permohonan mereka ditolak. Itu berarti secara legalistik, Jokowi-Ma’ruf Amin lah yang memenangkan Plpres 2019.
Tentu saja Prabowo-Sandi dan timsesnya dapat menerima fakta hukum yang bersifat final tersebut. Namun, hati, Saudara, belumlah pulih, bahkan masih meninggalkan bekas “luka-luka.” Apalagi secara psikologis, Prabowo telah mengalami kekalahan 3 kali berturut-turut dalam kontestasi Pilpres.
Padahal tak sedikit emosi, pikiran, tenaga, serta biaya yang cukup besar terkuras. Tak hanya dialami Prabowo dan Sandi secara personal, melainkan juga keluarga besarnya, termasuk pendukung dan relawannya. Jadi masuk akal jika memerlukan waktu untuk meredakan situasi emosi tersebut.
Saya kira Prabowo-Sandi bukannya tidak mau bertemu dengan Jokowi-Ma’ruf Amin. Namun diperlukan suasana yang matang. Misalnya, bagaimana cara agar para pendukung dan relawan Prabowo-Sandi pun rela dan legowo menerima pertemuan tersebut.
Lagi pula hubungan kelompok pendukung Prabowo dan Jokowi selama Pilpres kemarin pun belum sepenuhnya pulih. Masih ada kelompok pendukung Prabowo yang menolak rencana pertemuan ini. Bahkan sampai-sampai melakukan aksi pembuatan KTP Prabowo-Sandi walaupun tak direstui oleh Prabowo-Sandi.
Tampaknya, Prabowo dan mesin politiknya harus terlebih dahulu menjelaskan kepada pendukungnya agar mereka menerima penolakan permohonan di Mahkamah Konstitusi. Seraya itu dibarengi dengan pertemuan dengan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Prabowo-Sandi perlu meyakinkan pendukungnya bahwa pertemuan Prabowo-Sandi dengan Jokowi-Ma’ruf diperlukan bangsa ini agar tidak terjadi keterbelahan. Melainkan kembali bersatu.
Keniscayaan itu membuktikan, bahwa walaupun Prabowo-Sandi kalah dalam Pilpres, namun peranannya untuk mempersatukan bangsa sangat penting. Lagi pula, 44,50% pemilih Prabowo-Sandi dalam Pilpres bukanlah jumlah yang kecil.
Apalagi jika Prabowo-Sandi pun bisa menegosiasikan beberapa kasus hukum yang menimpa pendukungnya dengan Jokowi – yang sebetulnya tak lepas dari persaingan dalam Pilpres 2019. Sebutlah kasus Kivlan, Eggi Sujana dan sebagainya.
Memang, tak mudah. Sebab jika pertemuan Prabowo-Sandi dengan Jokowi-Ma’ruf adalah peristiwa politik, tapi kasus Kivlan dan Eggi adalah ranah hukum.
Tapi saya kira para pemimpin bangsa akan dapat menemukan solusi terbaik. Betapapun rekonsiliasi itu harus dilakukan.Tiada lain demi kepentinggan masyarakat, bangsa, dan negara. Saya percaya akan tiba masanya Prabowo-Jokowi bersalaman dan cipika-cipiki.