Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
"Hari ini pada tanggal 7 Juli 2019, saya Airlangga Hartarto setelah menerima amanat dan aspirasi dari 400 pemegang suara di Partai Golkar dan dengan dukungan yang masih mengalir,” kata Airlangga Hartarto dalam deklarasinya di Makassar, pada Minggu (7/7/2019).
Tak ayal, dengan begitu Airlangga menyatakan dia siap maju menjadi Ketua Umum Partai Golkar 2019 -2024. Dia berjanji akan memenangkan Partai Golkar pada Pemilu 2024.
Eh, di hari yang sama, tapi di Restoran Batik Kuring, SCBD, Jakarta Selatan, terdengar pula deklarasi tandingan. "Pak Bambang Soesatyo (Bamsoet) sampai ini hari sudah mendapat dukungan lebih dari 400 dukungan,” kata anggota timses Bamsoet, Yoris Raweyai, Minggu (7/7/2019).
Padahal, yang berhak berbicara di Munas Golkar yang akan memilih ketua umum adalah 514 suara DPD kabupaten/kota) tingkat II, 34 suara DPD provinsi (tingkat I), 1 suara DPP, 10 suara ormas pendukung dan 1 suara dewan pembina. Total 560 suara.
Bah, bagaimana ini? Jika masing-masing mengklaim sudah mengantongi 400 suara, berarti total sudah 800 suara. Padahal jumlah rill suara di Golkar hanya 560 suara. Dari mana datangnya 240 suara lagi?
He-he, jangan-jangan ada suara ganda. Sejumlah suara juga mendukung Airlangga dan Bamsoet sekaligus, sehingga matematikanya menjadi amburadul.
Demikianlah Bung, persaingan Ailangga dan Bamsoet semakin memanas.
Posisi ketua umum sebuah partai politik, apalagi yang tergabung dengan koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin memang strategis. Maklum, jika Jokowi mengumumkan nama-nama menteri dalam kabinetnya pada Oktober mendatang, tidak mustahil melirik nama-nama ketua umum parpol.
Saya menduga, itu pulalah sebabnya jika ada yang menghendaki Munaslub Golkar diselenggarakan pada Agustus 2019, sebelum Presiden Jokowi diambil sumpahnya serta sebelum dia mengumumkan nama-nama menteri di kabinetnya.
Jika skenario ini yang terjadi, maka siapapun menteri dari Golkar yang dihunjuk oleh Jokowi, dipastikan akan sejalan dengan Ketua Umum Golkar terpilih. Sebab sudah pasti penghunjukan itu sudah diawali pembicaraan antara presien dan Ketua Umum Golkar.
Sebaliknya, jika munas dilakukan pada Desember 2019, seusai presiden dilantik, maka tak mustahil menteri dari Golkar yang dipercaya Jokowi tak sejalan dengan Ketua Umum Golkar, sehingga mejadi beban psikologis bagi Jokowi.
Kelihatannya day to day kubu Airlangga dan Bamsoet semakin seru. Manuver apalagi yang mereka lakukan untuk merebut kursi ketua umum, sebuah jalan mulus menuju kursi menteri.