Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pada tahun 2023, ekspor Indonesia dari sektor energi diprediksi bisa mencapai US$ 35 miliar. Capaian tersebut nantinya ditargetkan bisa menutupi defisit neraca perdagangan atau current account deficit (CAD) Indonesia yang masih tinggi.
"Diharapkan dengan semakin membaiknya defisit neraca perdagangan, rupiah juga bisa tetap stabil," kata Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, usai meresmikan acara GrabCar Airport, di Bandara Kualanamu, Kamis (11/7/2019).
Luhut mengatakan, ekspor energi pada 2023 diharapkan bisa digenjot dengan manajemen supply chain. Dengan cara ini, selain standar dan kualitas produk yang ketat, perdagangan ekspor mensyaratkan pengiriman produk secara tepat waktu dengan kondisi produk yang sangat baik.
Industri, kata Luhut, akan terus berkembang. Tentu momen ini harus bisa dibidik Indonesia. Karena itu, target ekspor energi di 2023 senilai Us$ 35 miliar harus optimis.
Khusus energi, nilai ekspornya tahun lalu ada di sekitaran US$ 5,4 miliar. Tahun 2019 ini diharapkan bisa mencapai US$ 8-9 miliar. Dan tahun 2020, ditargetkan bisa mencapai US$ 13 miliar.
Ia juga menceritakan bahwa baru-baru ini pihaknya mengunjungi beberapa pabrik di Cina untuk melihat kecanggihan teknologi di sana. Dan ia berharap ke depan, anak-anak muda Indonesia, khususnya anak Medan untuk terus belajar agar Indonesia bisa mengolah bahan nikel dan teknologi lainnya.
"Nikel salah satu yang sangat diunggulkan. Tentu diharapkan ekspornya bisa terus naik," kata Luhut.
Seperti diketahui juga bahwa kenaikan ekspor besi dan baja didorong oleh produk paduan ferro nickel dengan nomor HS 7202.60.00. Produk ini banyak diekspor ke Cina. Produk tersebut merupakan turunan nikel yang merupakan barang setengah jadi dan sering disebut nickel pig iron (NPI). NPI ini terdiri campuran nikel dan besi. NPI dikirim ke pabrik di Cina untuk diolah menjadi stainless steel dengan ditambahkan chrome.