Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Persaingan dua pabrikan pesawat, Airbus dan Boeing terkenal cukup ketat. Boeing beberapa kali mengungguli Airbus dalam persaingan penjualan pesawat.
Namun, persaingan itu akan mengalami perubahan yang dramatis.
Mengutip CNN, Jumat (12/7/2019), Airbus telah mengirimkan 150 pesawat jet lebih banyak pada enam bulan pertama atau semester I 2019. Airbus mengirim 389, sementara Boeing 239 menurut angka penjualan yang dilaporkan minggu ini.
Pimpinan-pimpinan Airbus menganggap, raihan ini sangat penting. Sebab, selama ini persaingan keduanya sangat ketat. Tahun lalu misalnya, Boeing mengirim 806 pesawat mengungguli Airbus yang mengirim 800 pesawat.
Tapi, diperkirakan kesenjangan akan semakin lebar. Sebab, Boeing belum dapat mengirimkan pesawat 737 MAX sejak 'dikandangkan' pada Maret lalu.
Hal itu menyusul jatuhnya 737 MAX di Ethiopia yang menewaskan 157 orang di dalamnya. Kecelakaan itu merupakan kecelakaan fatal kedua Boeing 737 MAX. Secara total, pesawat ini menelan korban jiwa sebanyak 346 orang.
Boeing mungkin tidak bisa menerbangkan pesawat 737 MAX paling lambat sampai akhir 2019.
Lebih lanjut, investor sendiri memandang jika pengiriman pesawat sebagai indikator kesuksesan pabrikan daripada pesanan. Maskapai tidak membayar sebagian besar biaya sampai jet dikirim. Artinya pendapatan, keuntungan dan arus kas pesawat tergantung pada pengiriman.
Namun, bukan berarti tak ada harapan bagi Boeing. Kabar baiknya, permintaan perjalanan udara dan pesawat hemat bahan bakar sedang tumbuh. Itu berarti keduanya sedang membangun dan mengirimkan pesawat lebih cepat dari masa lalu.
Boeing terus membangun 737 MAX meskipun jumlahnya dikurangi. Boeing diperkirakan memiliki 400 jet yang selesai tetapi tidak dikirim sampai akhir tahun.
Pasokan 737 MAX yang selesai akhir tahun ini memungkinkan Boeing kembali terdepan untuk pengiriman di 2020.
"Kuncinya adalah bagaimana kinerja dua pembuat pesawat pada tahun 2021 dan seterusnya. Airbus berada pada posisi yang baik untuk kembali ke posisi terdepan pada saat itu karena keunggulannya dengan jet lorong tunggal," kata Analis Kedirgantaraan Cai von Rumohr.(dtf)