Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Australopithecus africanus merupakan salah satu spesies purba pertama yang hidup pada tiga juta tahun yang lalu di hutan, Afrika Selatan. Berdasarkan hasil penelitian gigi fosil menunjukan mereka menyusui bayinya selama satu tahun sejak dilahirkan.
Dilansir CNN, Selasa (16/7/2019), fosil Lucy merupakan contoh paling terkenal dari spesies Australopithecus yang hidup antara 2-3 juta tahun lalu. Sama seperti simpanse lainnya, anak-anak mereka harus tumbuh dengan cepat dan menjadi dewasa.
Diketahui sebelumnya, peneliti menyatakan bahwa Australopithecus memakan makanan yang bervariasi, di antaranya buah, daun, rumput, dan akar. Namun, karena habitatnya yang mengalami perubahan musim, membuatnya mengalami kelangkaan makanan.
Dua pasang fosil gigi yang ditemukan di Gua Sterkfontein dekat Johannesburg, Afrika Selatan, diteliti untuk memahami lebih lanjut tentang bagaimana nenek moyang manusia purba ini menanggapi perubahan pola makan musiman. Disebut, gigi memiliki cincin pertumbuhan, di mana cincin ini yang menentukan usia serta mineral yang diperoleh dari makanan.
Selain itu, unsur barium atau kadar mineral dalam ASI juga dapat dilihat dalam cincin pertumbuhan. Unsur ini dapat menunjukan kapan seorang anak mulai menyusui dan disapih.
Berdasarkan hasil dua akumulasi barium di dua kelompok gigi, menunjukan pola makan yang stabil setelah usia tiga bulan hingga bertahan selama satu tahun. Selanjutnya, ditemui adanya tanda suplementasi dari makanan lain. Menyusui disebut memungkinkan untuk membuat bayi bertahan hidup, selama masa kekurangan makanan musiman.
Terdapat pula adanya pola siklus lithium di gigi, pola ini menunjukkan adanya masa kelangkaan makanan. Kelangkaan makanan ini bisa berlangsung selama enam bulan, yang dapat menyebabkan lebih banyak menyusui atau mencari sumber makanan lainnya.
"Untuk pertama kalinya, kami mendapatkan wawasan baru tentang cara nenek moyang kami membesarkan anak-anak mereka, dan bagaimana para ibu dapat beradaptasi dengan kekurangan makanan musiman dengan menyusui," kata penulis utama studi dan Kepala Geoarchaeology dan Kelompok Penelitian Arkeometri di Southern Cross University di Australia, Renaud Joannes-Boyau.
Para peneliti juga mengamati bahwa bayi Australopithecus, lebih mengandalkan ASI saat kelangkaan makanan. Hasil penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Nature. Peneliti percaya bahwa sedikit sumber daya yang tersedia selama musim dingin, menyebabkan kepunahan Australopithecus.
"Melihat bagaimana menyusui telah berkembang dari waktu ke waktu, dapat menginformasikan praktik terbaik bagi manusia modern dengan membawa obat evolusi. Hasil kami menunjukkan spesies ini sedikit lebih dekat dengan manusia daripada kera besar lain yang memiliki perilaku menyusui yang berbeda," kata penulis dan asisten profesor kedokteran lingkungan dan kesehatan masyarakat di Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai, Christine Austin.
"Ini adalah temuan penting dari perspektif evolusi, karena manusia memiliki masa kanak-kanak yang panjang dan periode menyusui yang pendek sementara kera memiliki periode menyusui yang lebih lama daripada manusia. Kita masih berada dalam kegelapan tentang mengapa atau kapan kita melakukan perubahan itu dan apa efek lebih dari itu. perubahan besar baru-baru ini dalam menyusui, dengan pertanian dan industrialisasi, dapat berdampak pada kesehatan ibu dan bayi," sambungnya.(dtc)