Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dampak penecamaran terjadap pariwisata Danau Toba dibahas dalam diskusi publik, di aula Bina Media Kampus Unika St Thomas, Jalan Tanjungsari, Medan, Selasa (16/7/2019). Diskusi bertajuk Menakar Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Perkembangan Pariwisata Danau Toba tersebut menghadirkan sejumlah pembicara dari kalangan pecinta Danau Toba (mahasiswa dan akademisi), Dinas Lingkungan Hidup, founder Sumatera Institute, Jhon Fawer Siahaan serta Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba, Arie Prasetyo.
Staf pengajar Unika St Thomas, Berlian Simarmata, mengatakan, pada era 70-an masih banyak wisatawan asing (bule) datang berwisata ke Danau Toba. Dengan menyandang ransel besar yang didalamnya berisi tenda kemah. Waktu malam di mana saja mereka bisa mendirikan kemah untuk bermalam di tepi Danau Toba yang air dan pasirnya nagih bersih.
Namun saat ini kondisi tersebut nyaris tidak ada lagi. Turis yang pada dasarnya berkeinginan mendapatkan udara atau lingkungan yang sehat dan bersih di Danau Toba, sudah sulit menemukannya.
"Tentu ini ada kerusakan dan pencemaran yang menyebabkan hal itu terjadi," ujar Berlian.
Bayu yang berbicara mewakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup menyebutkan, sudah sejak tahun 1996 pihaknya mengkaji dan memantau kondisi air Danau Toba yang semula oleh masyarakat dijadikan sebagai air baku air minum. Dari waktu ke waktu seiring pemantauan yang terus dilakukan, saat ini seluruh air Danau Toba sudah dalam kondisi tercemar.
"Bahkan di air yang ada di bagian tengah yang sesungguhnya tidak ada kegiatan saat ini juga sudah tercemar, tidak hanya di pinggir," ujar Bayu.
Berangkat dari kajian tersebut kemudian Gubernur Sumatera Utara menerbitkan keputusan tentang daya dukung dan daya tampung air Danau Toba kaitannya dengan usaha keramba jaring apung yang merupakan salah satu sumber pencemaran Danau Toba.
Arie Prasetyo menyebutkan dari kwalifikasi sepuluh destinasi pariwisata nasional, saat ini Danau Toba masuk ke dalam empat yang super prioritas yang dikembangkan pemerintah pusat. Bersama Labuan Bajo (NTT), Mandalika (NTB) dan Borobudur (Jawa Tengah). Keseriusan pemerintah mengembangkan karena pariwisata merupakan salah satu leading sector bagi pendapatan devisa.
Pantauan di lokasi, saat ini diskusi publik masih berlangsung. Diikuti kurang lebih 200 peserta, kebanyakan mahasiswa.