Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sepeninggal istri dan dua anaknya (berusia 6 dan 3 tahun) yang tewas akibat terbakar di pabrik mancis di Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai (Langkat), beberapa bulan lalu, kini Indra Lesmana (35) hidup seorang diri. Ia bekerja serabutan.
"Anak saya selalu berada di dekat istri waktu dia kerja, makanya orang itu ikut terbakar," kata Indra kepada wartawan saat ikut dalam aksi unjuk rasa gabuban 16 serikat buruh bersama LSM, di DPRD Sumatra Utara, Rabu (17/7/2019).
Istri dan kedua anak Indra adalah bagian dari 30 korban tewas kebakaran pabrik mancis yang cukup menghebohkan itu.
Adalah untuk memperjuangkan haknya sebagai ahli waris istri serta dua anaknya sehingga Indra bergabung bersama ratusan buruh yang berdemonstrasi itu. Mereka tergabung dalam SBSI, FSPMI, GSBI, SERBUNDO, OPPUK, LBH dan sebagainya.
Katanya, oleh pengacara pabrik mancis tempat istrinya bekerja dulu, M Safril, dia hanya ditawarkan santunan sebesar Rp 25 juta. Sama dengan keluarga korban lain yang "hanya" kehilangan satu anggota keluarga. Dia bertahan tidak mau menerima.
"Masak yang meninggal satu orang dengan yang meninggal tiga orang besar santunannya sama, saya nggak mau," terang Indra.
Kurang lebih 15 dari keluarga korban sudah ada yang menerima santunan tersebut. Mereka "termakan" omongan Safril yang menyebutkan jumlah itu tidak akan pernah berubah, diterima hari ini, besok atau kapanpun.
Dia menginginkan pihak perusahaan membayar santunan besarnya sama dengan yang diterima dari BPJS. Yaitu sekitar Rp 150 juta.
"Kalaupun jumlah santunannya tidak sebesar dari BPJS, tapi paling tidak jangan jatuh kali, Rp 100 juta atau berapa. Tapi janganlah di bawah kali," papar Indra.
Bersama Gerakan Serikat Buruh Indonesia (GSBI), kini Indra berjuang agar mendapatkan hak santunan atas kehilangan istri dan kedua anaknya.
"Saya tidak paham hukum, saya hanya berjuang dengan GSBI," tutur Indra.