Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kasus kematian ibu saat ini kembali menjadi perhatian. Namun dari beberapa persoalan yang dihadapi, salah satunya yang dianggap krusial ialah keberadaan dokter spesialis kandungan (obgyn) di daerah.
Pengamat dan praktisi kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), DR dr Umar Zein DTM&H SpPD KPTI menyampaikan, distribusi dari dokter spesialis kandungan itu, memang sampai saat ini masih belum merata. "Distribusi dokter (obgyn) memang masih kurang lah. Kalau di Kota berlebih malah," ungkapnya kepada wartawan, Rabu (17/7/2019).
Lebih lanjut Umar Zein mengatakan, kalau pun di daerah ada memiliki dokter spesialis kandungan, penempatannya juga masih berada di pusat kota di Kabupaten. Sementara kalau di Kecamatan, keberadaan dokter obgyn ini masih sangat minim sekali. "Kalau di Kecamatan, paling yang ada itu bidan desa," jelasnya.
Namun begitu, menurut Umar Zein, permasalahan kematian ibu ini bukan hanya dikarenakan distribusi dokter obgyn yang terbatas saja. Ia juga menyebutkan, infrastruktur seperti fasilitas jalan dan transportasi juga berperan penting dalam kasus kematian ibu hamil tersebut.
Karena kompleksnya masalah ini, ujar dia, penanganan yang harus dilakukan oleh pemerintah harus secara menyeluruh. Supaya kasus kematian ibu benar-benar dapat ditekan atau pun dihilangkan. "Jadi bukan hanya persoalan tenaga saja. Lagi pula persoalan kesehatan di tiap-tiap daerah itu kan berbeda-beda, misalnya di Aceh, Sumut, atau pun Papua," terangnya.
Disamping itu, Umar Zein menjelaskan, dalam kasus kematian ibu hamil ini terdapat istilah 4 terlalu dan 3 terlambat. Ia memaparkan, 4 terlalu itu adalah kehamilan terlalu muda, usia yang terlalu tua untuk hamil, jarak kehamilan terlalu dekat, serta kehamilan terlalu banyak.
Sedangkan untuk 3 terlambat, sambung dia, ialah terlambat mengambil keputusan sehingga terlambat untuk mendapat penanganan, lalu terlambat sampai ke tempat rujukan karena kendala transportasi, dan terlambat mendapat penanganan karena terbatasnya sarana dan sumber daya manusia. "Jadi memang banyak faktor yang menentukan angka kematian ibu ini," pungkasnya.