Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Perubahan simbol budaya yang ditransformasikan dalam berbagai medium, salah satunya kanvas, patut dipertanyakan nilai-nilai awalnya. Meski tidak otomatis hilang, namun nilai-nilai di dalamnya tidak lagi utuh. Demikian salah satu point yang mengemuka dalam diskusi "Etnisitas dalam Seni Lukis Sumatra Utara" yang digelar di Taman Budaya Sumatra Utara (TBSU) Jalan Perintis Kemerdekaan No 33 Medan, Kamis sore (18/7/2019).
Diskusi yang dirangkai dengan pameran lukisan dengan medium matra karet ini, digelar oleh Universitas Negeri Medan (Unimed) bekerjasama dengan TBSU.
Poin itu terungkap ketika salah seorang peserta diskusi bertanya apakah dengan adanya perubahan bentuk maupun posisi, sebuah simbol budaya bisa disebut masih memuat nilai-nilai awal. Dicontohkannya misalnya, simbol boraspati (cecak) yang dilukis vertikal, akan bergeser nilainya dari posisinya yang horizontal.
Penegasan itupun diperkuat salah seorang peserta diskusi lainnya, Thompson Hs. Menurut pegiat budaya Batak ini, tranformasi dengan perubahan itu, tidak lagi memuat nilai-nilai awal secara utuh.
"Nilai-nilai itu tidak lagi utuh. Sebagai karya bisa saja diterima, namun patut dipertanyakan apakah nilai-nilai awalnya masih ada di dalam," kata salah seorang peserta diskusi Thompson Hs, membuka sesi tanya jawab.
Sebelumnya, salah seorang pelukis yang ikut memamerkan karyanya itu, Zulkifli menjelaskan, etnisitas yang mereka tuangkan dalam lukisan itu merupakan sebuah karya rupa yang pakemnya visualitas.
"Kami berprinsip kita harus hidup di masa sekarang dan merancang masa depan tanpa harus kehilangan masa lalu. Karenanya kami mengangkat etnisitas dengan medium yang inovatif," jelasnya.
Pameran lukisan itu sendiri berlangsung 18-25 Juli di Gedung Pameran TBSU. 5 pelukis yang memamerkan karyanya itu yakni, Zulkifli, Dermawan Sembiring, Wahyu Tri Atmojo, Asmadinoto, Nurdiansyah.