Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Harga tiket yang mahal membuat kunjungan ke Sumatra Utara (Sumut) turun drastis dan memengaruhi tingkat okupansi hotel di daerah ini. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumut mencatat tingkat okupansi hotel di Sumut turun sekitar 30-40%.
"Penurunan okupansi hotel terlihat merata di Sumut, termasuk daerah-daerah wisata. Penurunan tiket memang sangat mempengaruhi kunjungan ke Danau Toba," kata Ketua PHRI Sumut, Deni S Wardhana, Jumat (19/7/2019).
Penurunan yang drastis ini tentu mempengaruhi bisnis hotel dan restoran di Sumut. Karenanya, PHRI bekerja sama dengan 6 kota untuk mengejar wisatawan nusantara (wisnus). Dengan kerja sama ini, diharapkan kunjungan ke Sumut khususnya Danau Toba bisa meningkat.
Deni mengatakan, dengan kunjungan yang melorot, diharapkan travel bisa membantu. Meski memang travel juga mengalami kesulitan karena kenyataannya tiket semakin melambung tinggi. Tapi dengan bantuan travel, wisatawan terutama yang dari nusantara bisa berkunjung lagi ke Sumut.
Kota Medan yang dikenal sebagai kota MICE, memang sangat merasakan dampak dari mahalnya harga tiket. Karena banyak terjadi pembatalan. "Jadi untuk yang mau rapat di Medan, mereka membatalkannya. Karena mungkin anggarannya tahun 2018 sementara harga tiket di 2019 ini mahal. Jadi anggarannya tidak mencukupi lagi, makanya dibatalkan," kata Deni.
PHRI Sumut, katanya, sudah mencoba berkomunikasi dengan Pusat dan membuat surat dengan pihak terkait bahwa penurunan tiket tidak begitu terasa. Diharapkan penurunannya benar-benar terjangkau sehingga kunjungan ke Sumut bisa pulih.
Karena yang merasakan dampak dari kenaikan harga tiket bukan hanya hotel tapi juga restoran, pusat oleh-oleh, supplier dari turunan hotel dan banyak lagi. "Makanya kita minta harga tiket ini bisa turun," kata Deni.