Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Beberapa pekan terakhir ada pemandangan yang menarik mata di kawasan Pajak Ikan Lama, atau dekat Stasiun Kereta Api, Medan. Banyak lukisan mural warna-warni yang menampilkan sejumlah anak-anak sedang bermain terpampang di beberapa sudut dinding. Jangan dulu berfikir lukisan indah dan penuh seni itu dihasilkan oleh pelukis mural internasional. Karena, street art (lukisan jalanan) itu ternyata lahir dari buah kerja keras seniman kreatif yang berasal dari Kota Medan bernama Genta Rekayasa.
Banyak suka duka yang dialami pria berusia 25 tahun itu ketika melukis, bahkan Genta nyaris masuk rumah sakit akibat terkena gejala penyakit tipus. "Mungkin karena kelelahan, makanya sakit. Kurang lebih 3 bulan waktu yang dibutuhkan untuk menggambar di sana, rentan waktu April, Mei, Juni," ujar Genta saat ditemui di kantor Medan Creative Project di Kawasan Medan Sunggal, Jumat (19/7/2019).
Genta bercerita mulai melukis secara intens saat bulan Mei atau ketika bulan Suci Ramadan. Di mana, selepas salat tarawih atau sekitar pukul 21.00 WIB mulai melukis dan berakhir hingga menjelang sahur atau pukul 03.00 WIB dini hari. Begitu setiap hari, hingga satu saat ia kelelahan dan jatuh sakit. "Kena gejala tipes, gak sampai opname cuma berobat saja ke rumah sakit," ucapnya.
Selain itu, ia juga menceritakan pengalamannya saat melukis. Kata dia, banyak pemuda setempat yang mencoba mendatangi dan menemuinya untuk meminta uang jaga malam dan keamanan. Menurutnya, para pemuda setempat berfikir apa yang dilakukannya itu merupakan proyek dari pemerintah dan ia mendapatkan uang atau imbalan atas pekerjaan itu.
"Padahal semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat lukisan mural itu berasal dari kantong sendiri, dan patungan beberapa teman. Saya coba jelaskan seadanya kepada mereka, sebelum memulai pekerjaan saya juga sudah izin ke kepala lingkungan," tuturnya.
Karena tidak memberikan uang kepada pemuda setempat, Genta harus merelakan sejumlah peralatan kerjanya hilang. Menurutnya, ada 7 jenis barang yang hilang selama proses melukis. Semua itu diterimanya dan dijalaninya dengan ikhlas. "Puluhan juta lah biaya yang dikeluarkan untuk membuat mural itu, tidak masalah biayanya keluar dari kantong pribadi, tapi kami terpuaskan," tuturnya.
Bukan hanya dari pemuda setempat tantangan yang dihadapinya, ada juga dari pemilik gedung yang dindingnya menjadi objek lukisan mural.
Suatu ketika, salah satu pemilik gedung yang dindingnya terkena gambar lukisan mendatanginya dan melayangkan protes, bahkan mengancam akan kembali mengecat gedungnya seperti semula. "Kami izinnya kepada pak kepling di sana, kami pikir dia sudah berkomunikasi dengan warganya," tuturnya.
Genta menyebut lukisan mural yang dikerjakan berbulan-bulan itu sudah mulai memasuki tahap akhir, ada beberapa finishing yang akan dilakukan. Meski belum sepenuhnya selesai, ia menyebut antusias masyarakat sangat tinggi terhadap karyanya itu. "Banyak yang sudah berfoto-foto di sana," katanya.
Ia berharap jika nantinya lukisan mural tersebut sudah selesai sepenuhnya, semua orang bisa ikut menjaganya. Sebab, lukisan tersebut bisa menarik minat wisatawan lokal maupun manca negara untuk hadir. "Mari kita jaga bersama-sama. Biar orang tahu juga kalau ada seniman mural di Medan, dan orang bisa tahu kalau Medan itu indah," sebutnya.
Genta bercerita tema dari lukisannya itu adalah human interes, banyak ekspresi yang ditampilkan. "Selama ini seniman di Medan tidak terlihat, sekarang sudah saatnya muncul ke permukaan," terangnya.