Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com – Tanah Karo. Produksi jeruk di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara (Sumut), berkurang 32.839 ton. Penurunan ini dikarenakan serangan hama dan penyakit yang akhirnya areal pertanaman jeruk menyusut.
“Hama lalat buah merupakan faktor dominan dibanding serangan hama penyakit lainnya. Itu yang membuat petani enggan untuk kembali menanam jeruk. Mereka beralih ke tanaman kopi. Jeruk sudah menjadi ikon bagi daerah ini dan harus dipertahankan,” ujar Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Kabupaten Karo, Metehsa Karo-Karo kepada medanbisnisdaily.com, Senin (22/7/2019).
Berdasar data Dinas Pertanian Kabupaten Karo, luas areal pertanaman jeruk pada tahun 2017 seluas 8.530 hektare dengan luas areal panen 5.099 hektare dan produksinya sebanyak 245.213 ton.
Sementara pada tahun 2018, luas pertanaman jeruk 7.044 hektare dengan luas areal panen 4.153 hektare dan hasil produksinya 212.374 ton.
Menurut Metehsa Karo-Karo, untuk meminimalisir penyakit dan hama dilakukan pemasangan jaring pada areal pertanaman. Namun, katanya, solusi itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Untuk itu, pihaknya akan berupaya untuk meminimalisir masalah serangan wabah lalat buah, termasuk sosialisasi keseratakan pemasangan perangkap dan penyemprotan teratur.
“Selama ini petani memasang jaring dengan tiang bambu. Masalahnya terletak pada daya tahan. Saat ini kami sedang melakukan penelitian penggunaan tiang besi. Biaya per hektarnya sekitar Rp 60 juta. Jaring bertiang besi diharapkan akan lebih betahan lama. Serangan lalat buah terminimalisir, biaya produksi penyemprotan juga akan berkurang. Dengan berhasilnya metode ini nantinya, kita harapkan minat menanam jeruk kembali meningkat,” terang Metehsa.