Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (Sumut), menegaskan, tren kasus gizi buruk di Provinsi Sumut belakangan ini dianggap telah terjadi penurunan.
Akan tetapi, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sumut, Teguh Supriyadi mengakui, jika trend penurunan yang terjadi tersebut sejauh ini masih dianggap belum berlangsung secara signifikan.
"Sebab masih ada ditemukan kasus gizi buruk. Nanti bila sudah di angka 0 baru berhasil. Tapi saat ini, kepala desa telah lebih tanggap dalam menangani kasus gizi buruk," ungkapnya kepada wartawan, Senin (22/7/2019).
Teguh menjelaskan, selama ini upaya dari Dinas Kesehatan Sumut terkait pemuan kasus gizi buruk pada anak, maka akan langsung ditangani oleh pihak Puskesmas. Selanjutnya, anak tersebut akan di rawat dan diberi makanan yang bergizi.
Selain itu, di Puskesmas tersebut juga, sambung dia, anak gizi buruk juga akan di cek, dimonitoring secara terus menerus sampai ia pulih kembali. Begitupun, apabila perlu dirawat atau dirujuk bila ada komplikasi atau disetai penyakit lainnya, maka akan segera dibawa ke rumah sakit.
"Kita dari provinsi membantu transport dan bantuan lainnya berbentuk barang seperti makanan dan susu. Sebab kasus gizi buruk yang diperlukan adalah makanan bergizi," jelasnya.
Teguh juga menuturkan, selama ini, kasus gizi buruk memang masih kerap terjadi keterlambatan dalam penanganan. Hal ini, kata dia, dikarenakan orang tua yang tidak terbuka dan terkesan kurang peduli dengan pertumbuhan anaknya.
"Sehingga tiba-tiba anak sudah sakit. Syukurnya kita dari Dinas Kesehatan sudah ada akses ke desa untuk upaya menekan angka gizi buruk di Sumut,” pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, sesuai prevalensi gizi buruk di Sumut terdapat dua aspek penilaian, yakni tidak seimbangnya berat badan dengan usia sebanyak 5,37% dan tidak seimbangnya berat badan dengan tinggi badan sebanyak 4,57%.
Dari data Riskesdas itu pula diketahui, bahwa Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki proporsi prevalensi tertinggi untuk kasus gizi buruk, yakni untuk berat badan dibandingkan usia sebanyak 10,33% dan di Nias Barat sebanyak 12,57%. Kemudian untuk kasus gizi buruk tidak seimbangnya berat badan dibandingkan tinggi, yakni yang tertinggi berada di Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 9,17%.
Sementara itu, untuk di Kota Medan sendiri ada 4,8% untuk kasus gizi buruk berupa tidak seimbangnya berat badan dibandingkan usia. Lalu sebanyak 4,3% untuk kasus gizi buruk dengan tidak seimbangnya berat badan dan tinggi badan.