Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendapat laporan 7 provinsi di Indonesia sudah mulai mengalami kekeringan. Mengatasi hal tersebut, pemerintah akan menerapkan operasi teknologi hujan buatan.
"Pemerintah akan melakukan operasi salah satunya adalah operasi dengan operasi teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan," kata Plh Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Agus Wibowo di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Senin (22/7/2019).
Agus mengatakan, laporan itu disampaikan langsung oleh Kepala BNPB Doni Monardo dalam rapat terbatas tanggal 15 Juli. Doni, kata Agus, menyebut sejumlah wilayah yang mulai mengalami kekeringan antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hasil rapat kemudian dibawa ke rapat koordinasi dengan BPPT, BMKG, dan sejumla BPBD di Jateng, NTT, dan Jatim. Rapat tersebut guna membahas teknis pelaksanaan penanggulangan bencana kekeringan.
"Jadi penanggulangan tersebut diputuskan bahwa untuk operasi diputuskan ada dua posko. Koordinatornya BNPB. Kemudian BMKG bagian yang memprediksi daerah-daerah yang akan ada potensi awan yang bisa disemai atau dibuat hujan buatan ada di sebelah mana. Kemudian BPPT yang akan melakukan operasinya. Kemudian TNI yang akan menyediakan pesawatnya," kata Agus.
Agus menjelaskan, satu posko yang disiapkan akan ditempatkan di Halim, Jakarta Timur untuk mencakup keseluruhan wilayah Jawa. Kemudian, satu posko lagi ditempatkan di Kupang untuk operasi di wilayah NTT dan NTB.
"Jadi ada dua pesawat yang disiagakan. Kemudian untuk logistiknya ada pesawat Hercules yang akan disiapkan oleh TNI untuk mengangkut personel dan bahan semai awan dari Jakarta untuk dikirim ke Kupang. Kira-kira intinya seperti itu operasinya," papar Agus.
Lebih rinci, Agus menjelaskan wilayah mana saja yang sudah mengalami kekeringan dengan status siaga. Dia mengatakan, ada 10 kabupaten di Jawa Timur yang dinyatakan siaga. Kemudian ada 25 Kabupaten yang menyatakan siaga darurat.
"Untuk di Bali belum ada, untuk di NTT sudah ada 6 kabupaten kota yang menyatakan siaga darurat. Di NTB sudah ada 3 kabupaten. Di DIY sudah ada 3 kabupaten juga. Di Jawa Tengah sudah ada 12 kabupaten. Dari 21 ada 50 persen udah menyatakan siaga darurat," lanjut Agus.
Sementara itu, untuk di wilayah NTT, Agus menyebut hampir seluruhnya merah. Lalu di NTB, Agus mengatakan, hampir seluruhnya merah, di mana artinya sudah mengalami kekeringan.
"Di Bali ini sudah ada warna merahnya di Bagian utara ini. Kita lihat di situ ada di bagian utara Pulau Bali ada yang sudah kekeringan tapi belum menyatakan siaga darurat. Artinya mereka masih bisa mampu menanggulangi dari Provinsi Bali, baru ada 2 kabupaten itu," kata Agus.
"Kemudian untuk di DIY, di Jogja, adalah di gunung kidul. Wilayah Gunung Kidul sudah mengalami kekeringan sama sedikit di Bantul ada di Kabupaten Pandak dan di Bantul juga ada Pleret juga ada. Terutama di wilayah timur yang sudah mengalami kekeringan," lanjut dia.
Jawa Barat, Agus melanjutkan, belum mengalami kekeringan. Namun ada sedikit kekeringan di Indramayu, Garut, Tasikmalaya, Bandung Sukabumi.
"Tapi cuma sedikit, rata-rata masih cukup airnya," jelas Agus.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada seluruh pejabat negara termasuk menteri hingga gubernur untuk gerak cepat (gercep) mengantisipasi risiko gagal panen akibat kemarau berkepanjangan. Berdasarkan laporan BMKG, Jokowi bilang musim kemarau tahun 2019 akan lebih kering dan mencapai puncaknya pada Agustus hingga September.
"Kita harus mulai mengantisipasi kekeringan," kata Jokowi, Jakarta, Senin (15/7/2019). dtc