Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dedeng atau seni bersenandung merupakan salah satu peninggalan budaya Melayu Langkat yang boleh dibilang sudah punah. Pasalnya, di kampung asalnya sendiri, tinggal satu orang yang bisa membawakan sastra lisan ini. Dialah HM Yunus Tampubolon. Pria 71 tahun ini mengakui, perwarisan seni dedeng tidak terjadi secara normal.
"Di Langkat dibilang dedeng, berasal dari nama si pelantunnya. Menurut cerita rakyat, konon ada orang bernama Dedeng, yang karena sedihnya bersenandung. Makanya di Langkat dibilang dedeng," kata Yunus.
Yunus mengakui, setahunya tinggal dia seorang yang menekuni seni tradisi ini. Seni dedeng ini adalah sastra lisan, yang kalau di Mandailing disebut Onang-onang dan di Toba andung-andung. Dedeng merupakan lagu yang disenandungkan dan berisikan petuah-petuah dan juga ungkapan jiwa.
"Ada banyak jenis dedeng, ada dedeng lebah (untuk mengambil madu) dedeng nira (mengambil nira). Tapi sekarang tak ada lagi yang paham dan bisa melantunkan itu," kata Yunus saat dijumpai medanbisnisdaily.com, di Taman Budaya Sumatra Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan No 33 Mesan, Rabu (24/7/2019).
Kendala mandeknya pewarisan dedeng, lanjut Yunus, juga karena jarangnya ada kegiatan seperti Festival Seni Melayu, sehingga tidak ada ruang untuk menampilkan itu. Kemarin, kata Yunus, aku sempat melatih dedeng untuk anak-anak sekolah, tapi itu untuk kebutuhan pentas. Tidak berlangsung kontinu, katanya.