Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kepala Dinas Perkebunan Sumatra Utara (Sumut), Herawati, mengatakan, penurunan harga karet berdampak pada luas tanaman komoditas tersebut. Data pihaknya, luas tanaman karet di Sumut susut sekitar 0,5% setiap tahun-nya.
"Harga getah karet yang murah otomatis membuat pendapatan petani berkurang sehingga tidak punya dana untuk memelihara tanamannya. Kalau tidak dipelihara, produktivitasnya pun rendah hingga pada akhirnya dibiarkan terbengkalai karena tidak lagi menghasilkan getah. Kondisi seperti ini yang membuat luas tanamannya terus berkurang setiap tahun," katanya, Rabu (24/7/2019).
Data Dinas Perkebunan Sumut, luas tanaman karet Sumut mencapai 585.749,21 hektare dengan produksi sebanyak 547.300,83 ton. Luas lahan masih didominasi perkebunan rakyat seluas 393.189,02 ton dengan produksi sebanyak 311.076,66 ton.
Sementara itu, luas PT Perkebunan Nusantara (PTPN) mencapai 34.916,89 hektare dengan produksi sebanyak 36.961,93 ton. Kemudian Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) seluas 103.499,93 hektare dan menghasilkan karet sebanyak 124.135,34 ton dan Perkebunan Besar Swasta Asing (PBSA) seluas 53.143,37 hektare dengan produksi sebanyak 75.127,40 ton.
Herawati mengatakan, harga jual karet memang sedang rendah, karena secara internasional permintaaan karet asal Sumut sedang seret. "Jadi kondisi ini bukan hanya di indonesia, tapi juga semua negara penghasil karet. Karena itu, dengan adanya program Satu Data Perkebunan dimana karet termasuk di dalamnya, diharapkan akan ada solusi bagaimana mengatasi lahan yang menyusut ini dan menjaga harga karet hingga tingkat petani," katanya.
Herawati menambahkan, karena program Satu Data Perkebunan ke depannya digadang-gadang menjadi rujukan pemerintah dalam mengambil kebijakan. Dengan itu, karet Sumut bisa bangkit terutama dari sisi harga.