Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
​Medanbisnisdaily.com-Medan. Politisi yang juga anggota DPR RI Muhammad Syafii atau yang akrab dipanggil Romo Syafii bercerita tentang pahitnya hidupnya ketika bersekolah dulu. Kisahnya itu diceritakan Romo di acara World Indonesia Scholarship (WISH) Festival 2019 yang digelar di Gedung Library Digital Universitas Negeri Medan (Unimed), Jalan Williem Iskandar, Medan, Sabtu (27/7/2019).
"Saya ini sekolah hanya sampai S2. Tapi sejak sekolah dasar saya membiayai sekolah saya sendiri. Sambil sekolah saya jualan kue. Saya tak pernah dapat beasiswa," kata Romo.
Mencari uang sambil sekolah terus ia lakoni. Ketika saya SMA, sambung Romo, saya menjadi guru. Mulai dari guru ngaji sampai guru karate. "Saya ini pemegang sabuk Dan V," kata Romo.
Begitu juga setamat SMA, Romo mengaku harus membiayai kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara (USU). Tidak sampai di situ, sambil kuliah, ia juga harus membiayai sekolah adik-adiknya.
"Tapi yang paling berkesan, sewaktu wisuda S1, saya sudah menggendong anak pertama saya. Itu karena di semester VIII saya, sudah menikah," terangnya.
Romo menegaskan, anak-anak Indonesia harus bisa bersekolah setinggi-tingginya meski pun tanpa beasiswa. Meski begitu, negara sesuai UUD juga mestinya bisa menanggung warganya untuk bisa bersekolah setidaknya sampai SMA, kata Magister Hukum dari Fakultas Hukum USU ini.
Romo juga memaklumi mengapa banyak orang-orang pintar tidak mau pulang ke dalam negeri, karena memang mereka kurang dihargai secara ekonomi.
"Saya maklum, kalau di luar mungkin mereka digaji tinggi, di dalam negeri sangat kecil," katanya.