Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sudah beberapa tahun ini harga karet dari produksi perkebunan rakyat di Sumatra Utara anjlok karena harganya semakin menurun. Akibatnya petani karet meradang. Rata-rata karet produksi masyarakat di Sumut dihargai Rp 4.000/kg hingga Rp 5.000/kg. Umumnya karet rakyat ditampung pengumpul, kemudian ke agen dan barulah ke pabrik seperti di Tebing Tinggi dan Medan.
Sejumlah petani mengaku sudah sulit menyambung hidup dengan anjloknya harga karet. Bahkan sejumlah petani membiarkan pohon karetnya tidak disadap karena lebih besar biaya menyadap daripada untung yang diterima.
S Simatupang, seorang petani karet dari salah satu sentra perkebunan karet di Dusun Pearaja, Lontung Jae I, Kecamatan Garoga, Tapanuli Utara, mengaku kesulitan bertahan hidup dengan anjloknya harga karet.
Disebutkannya harga karet di tingkat petani berubah-ubah setiap pekannya, antara Rp 4.000/kg hingga Rp 5.000/kg. Bahkan tidak jarang hanya Rp 3.000/kg. "Ini sangat menyulitkan kami," ujar Simatupang melalui sambungan telepon, Selasa (30/7/2019).
Menurutnya, harga anjlok tidak saja di Garoga, Taput, tetapi juga terjadi secara umum di daerah Sumut. "Ini karena Bapak Presiden Jokowi sedang datang ke Tapanuli, mudah-mudahan ada solusi dari rakyat," kata Simatupang.
Di Pearaja, termasuk Dusun Sirpang Tolu, Rambasiala, Batumamak, Aek Tangga, Padang Siandomang dan umumnya masyarakat petani di Kecamatan Garoga, sudah mengembangkan perkebunan karet. Sehingga dengan anjloknya harga karet, semua masyarakat petani Garoga kesulitan.
Seorang petani karet lainnya, Silia, dari Desa Hilikaramaha, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan (Nisel), juga menjerit karena harga karet terus menerus anjlok.
Dihubungi lewat sambungan telepon, Selasa (30/7/2019), Silia menyebutkan harga karet petani di desanya hanya Rp 5.000 per kg. "Sudah semakin turun harganya, tolonglah Pak disampaikan ke Pak Jokowi agar diperhatikan," sebutnya.
Silia berharap harga karet bisa Rp 15.000 per kg. Dengan begitu, baru bisa mencukupi biaya hidup sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak. "Kalau sekarang waduh sulitlah," ungkapnya dengan nada sedih.
Secara terpisah, Kepala Seksi Pengamatan dan Pengendalian OPT Dinas Perkebunan Sumut, Mariani, mengakui karet "tidak" ada lagi harganya saat ini. "Petani menjerit," ungkap Mariani, saat ditemui di kantornya Jalan AH Nasution Medan, Selasa (30/7/2019).
Dikatakan anjloknya harga karet terjadi di seluruh daerah di Sumut. Bahkan anjloknya harga karet sudah terjadi bertahun-tahun. Pihaknya mencatat harga karet rakyat di Sumut saat ini hanya Rp 5.900 per kg.
"Kami kemarin baru dari Padang Lawas, petani karet di sana tak mau lagi menyadap karetnya karena harganya tak ada. Menurut petani di sana sudah lebih besar biaya menyadapnya daripada untungnya," kata Mariani.