Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sebagai bagian dari upaya merevitalisasi budaya Batak sekaligus ikut menjaga kelestarian Kawasan Danau Toba (KDT), sejumlah seniman dari berbagai bidang di Sumatra Utara membentuk Sanggar Sitopak Sada, yang merupakan singkatan dari Simalungun, Toba, Pakpak, Karo, Satu Danau.
Thompson Hs salah seorang pendiri Sitopak Sada mengatakan, sanggar ini diharapkan ikut andil dalam upaya-upaya pelestarian Danau Toba dan revitalisasi budaya Batak.
"Sitopak Sada juga menjadi komunitas bagi sesama pelaku seni dan budaya untuk berdiskusi tentang masa depan budaya Batak dan KDT," katanya saat pralaunching Sitopak Sada, di Jalan Citra Anggrek, Medan Selayang, Kota Medan, Selasa sore (30/7/2019).
Pralaunching juga disertai dengan diskusi tentang sejarah dan ketokohan Sisingamangaraja. Diskusi ini sendiri bagian dari diskusi rutin yang digelar oleh Forum Diskusi Terbatas (Forditas) bekerja sama dengan Balai Arkeologi Sumatera Utara dan berlangsung untuk ke-7 kalinya. Sebagian besar peserta diskusi adalah mahasiswa sejarah dari Universitas Negeri Medan dan jurusan etnomusikologi dari Universitas Sumatera Utara.
Dalam diskusi yang dipantik Thompson Hs itu, dipaparkan sejumlah referensi terkait Sisingamangaraja baik yang ditulis oleh peneliti dari Indonesia maupun dari luar.
"Banyak hal tentang Sisingamangaraja yang luput dari peneliti. Sebagian besar hanya menulis tentang Sisingamangaraja XII. Namun itu juga tidak lengkap, karena sumber daya yang terbatas. Misalnya, tentang foto Sisingamangaraja XII yang sampai saat ini tidak pernah ada," kata Thompson.
Salah seorang peserta Miduk Hutabarat, mengungkapkan, diskusi yang diinisiasi Forditas ini harus dipertajam dalam konteks kekinian, terutama terkait masa depan KDT sebagai daerah yang telah dicanangkan pemerintah menjadi destinasi wisata dunia.