Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Para petani jeruk di Kabupaten Karo, Sumatra Utara memilih menunda panen karena harganya masih murah. Anjloknya harga diperkirakan karena minimnya daya beli, seiring prioritas masyarakat terhadap kebutuhan sekolah anak ketika memasuki tahun ajaran baru. Selain itu, munculnya beberapa jenis buah musiman ke pasaran, seperti rambutan dan durian.
“Sampai saat ini, harga penawaran kepada petani masih sebatas Rp 4.000-Rp 5.000/kg. Tergantung kualitas jeruk. Memang sudah balik modal. Namun sama saja dengan gotong-royong. Boleh dikatakan belum dapat untung. Lebih baik ditunda dulu, panennya,” ujar Arnold Ginting, petani asal Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (2/8/2019).
Menurut Arnold, para petani menunda panen sebagai upaya menunggu peningkatan harga sampai mencapai titik stabil. Petani berharap harga beli pedagang di tingkat perladangan minimal Rp 6.000/kg. Meski demikian, tidak sedikit pemilik jeruk sudah melakukan penjualan. Hal ini disebabkan buah yang sudah sangat matang.
“ Ada juga yang tidak dapat lagi menahan masa panen, dikarenakan sudah terlalu masak di pohon. Selain itu, mungkin khawatir akan serangan hama, atau butuh uang. Ada banyak faktor penyebab petani menjual jeruknya. Tetapi masih lebih dominan yang mencoba bertahan menunggu kenaikan harga. Ya, tetapi harus dengan perawatan maksimal,” ujar Arnold.
Terpisah, petani jeruk di Kecamatan Merek, Ramli Girsang, juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda. Menurutnya, dari pantauan dan pembicaraannya dengan sesama petani jeruk, mereka masih sepakat dan berupaya untuk menunda penjualan. Dengan harapan sebulan atau dua bulan ke depan, buah musiman seperti rambutan, durian, atau duku, sudah habis masa panennya.
“Keluarnya buah musiman, memang dari tahun-ketahun berdampak kepada nilai jual jeruk. Jadi jika ingin harga yang lebih baik, salah satu solusinya harus menahan masa panen. Memang tantangan perawatan ketika jeruk menguning, jauh lebih berat. Penyemprotan rutin dengan frekuensi yang mendekat merupakan antisipasi serangan hama lalat buah,” papar Ramli.
Sementara itu, data terkini yang diperoleh medanbisnisdaily.com dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo, luas areal pertanaman jeruk di Kecamatan Mardinding 231 ha, luas panen 137 ha. Kecamatan Lau Baleng 500 ha luas panen 388 ha, Kecamatan Tigabinanga 62 ha areal panen 21 ha. Kecamatan Juhar 25 ha, luas panen 22 ha.
Kecamatan Munte luas pertanaman 2.023 ha, luas panen 874 ha. Kecamatan Kutabuluh luas pertanaman 172 ha, luas panen 115 ha. Kecamatan Payung luas pertanaman 234 ha, luas panen 152 ha. Kecamatan Tiga Nderket luas pertanaman 64 ha, luas panen 64 ha (tidak ada pertambahan penanaman baru sehubung erupsi Gunung Sinabung,red).
Kemudian, Kecamatan Simpang Empat luas pertanaman 186 ha, luas panen 153 ha. Kecamatan Naman Teran luas pertanaman 812 ha, luas panen 363 ha. Kecamatan Kabanjahe luas pertanaman 7 ha, luas panen 7 ha (beralih ke hortikultura dan kopi,red). Luas areal pertanaman Kecamatan Tiga Panah 929 ha, dengan luas areal panen 681 ha. Kecamatan Dolat Rayat luas pertanaman 483 ha, luas panen 330 ha.
Kecamatan Merek luas pertanaman 856 ha, luas panen 413 ha. Kecamatan Barusjahe luas areal pertanaman 264 ha, dengan luas panen 219 ha. Sementara itu, dua kecamatan yang mengalami penurunan jumlah areal pertanaman pasca panen triwulan I,II, III, (ditebang, dibongkar, atau tidak dirawat lagi, dan minim, penanaman baru, red) adalah kecamatan Berastagi dan Merdeka. Sehingga data akhir luas areal panen, lebih tinggi dari luas areal pertanaman.
Kecamatan Merdeka luas pertanaman tahun 2018 hanya tinggal 132 ha (2017, luas pertanaman 242 ha,) dengan luas areal panen 146 ha (hasil panen triwilan I,II dan III masuk validasi,red). Kecamatan Berastagi luas pertanaman 2018 tinggal 65 ha ( 2017 luas pertanaman 167 ha), dengan luas areal panen 70 ha (hasil panen triwulan I,II,dan III masuk validasi,red).