Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sejak awal Kota Medan didesain sebagai kota turis. Hal itu dapat dilihat dari corak bangunan-bangunan yang artistik, serta tata ruang, khususnya di kawasan titik nol Kota Medan yang dibangun kurang lebih abad ke-19 awal. Taman kota yang telah menjadi Merdeka Walk dan air mancur yang dirancang meniru aslinya di Paris, di lokasi itu, tak lagi menjadi ciri Kota Medan.
Tarik menarik antara menjadi destinasi wisata dengan pusat politik di titik nol Medan, membuat kota ini kehilangan konsep awalnya. Selain itu, dukungan aspek seni juga tidak ada, sehingga membuat Medan terasa gersang.
"Kota terbesar ketiga ini, nyaris tidak punya ruang kesenian. Padahal dilihat dari potensinya sangat layak kota ini jadi pusat kesenian di dunia," kata sineas Garin Nugroho dalam acara Ruang Kreatif Seni Pertunjukan Indonesia 2019, di Gedung Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo, Medan, Selasa sore (6/8/2019).
Sutradara senior ini menyebut dalam hal wisata, Medan harusnya bisa setara dengan Singapura. Dukungan potensi seni, secara geografisnya yang dekat dengan negara tetangga, sebut Garin merupakan modal yang tidak dimiliki kota lainnya di Indonesia.
"Menjadikan Medan sebagai kota turis, harus didukung dengan kesenian. Tanpa itu, cita-cita tak mungkin bisa diwujudkan. Misalnya Medan adalah gudangnya penyanyi, kenapa tidak ada sekolah tinggi khusus tarik suara. Padahal tradisi bernyanyi di Medan dan Sumatra Utara secara umum adalah modal, apalagi dengan dukungan gereja," jelasnya.
Garin menambahkan, ciri suatu kota yang tinggi peradabannya dapat dilihat dari kemajuan keseniannya. Kota Medan, kata sutradara film "Pasir Berbisik" ini, justru mengalami kemunduran peradaban, tegasnya.