Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Belawan. Indonesia kini terus berupaya melakukan negosiasi dengan Jepang untuk menerima Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai sertifikat setara Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Sumatra Utara (Kadinsu) Khairul Mahalli kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (7/8/2019), karena dalam beberapa tahun ke depan produk kelapa sawit dan turunannya dari Indonesia ke Jepang akan mengalami peningkatan karena manfaatnya sebagai sumber energi biomassa.
Dalam pertemuan Delegasi Kadinsu dengan Wakil Kepala Perwakilan RI di Jepang Tri Purnajaya dan Atase Pertanian RI di Tokyo Jepang DR Sri Nuryanti akhir Juli lalu kata Khairul, diungkapkan bahwa pada tahun 2018, nilai impor kelapa sawit Indonesia dan produk turunannya mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Umumnya pasar untuk produk kelapa sawit dan turunannya didominasi oleh Malaysia dan Indonesia.
Namun demikian pada tahun 2018, ekspor produk kelapa sawit dari Malaysia ke Indonesia mengalami penurunan yang berdampak pada adanya peningkatan ekspor kelapa sawit dari Indonesia ke Jepang. Diperkirakan permintaan akan produk kelapa sawit dan turunannya akan mengalami peningkatan dalam beberapa tahun ke depan karena manfaatnya sebagai sumber energi biomassa.
Dalam pertemuan tersebut juga dijelaskan bahwa pada tahun 2030, Jepang menargetkan untuk mengurangi penggunaan energi fosil hingga 56%. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh kebocoran reaktor nuklir di PLTN Fukushima Jepang yang terjadi pasa saat gempa bumi besar di tahun 2011.
Guna memenuhi target tersebut, maka Pemerintah Jepang menggalakkan peningkatan suplai energi baru dan terbarukan.Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan ekspor kelapa sawit dan turunannya, Indonesia juga sedang terus berupaya melakukan negosiasi dengan Jepang untuk menerima Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai sertifikat setara Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Impor ampas dan sampah industri ke Jepang kata Khairul juga mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir sebagai sumber energi biomassa. Pada tahun 2018,Indonesia telah berhasil masuk dalam 5 besar eksportir utama ampas dan sampah industrii, khususnya cangkang sawit. Tahun lalu, volume impor untuk produk cangkang telah mengalami peningkatan sebesar 10 % yang didorongkarena meningkatnya penggunaan cangkang sawit sebagai bahan sumberenergi campuran.