Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan.Sineas film asal Medan Onny Kresnawan menjelaskan, banyak film yang berupaya mengangkat toleransi tapi justru salah kaprah. Misalnya, ada film yang menceritakan aktivitas rumah makan milik orang Cina yang menayangkan adegan seorang karyawannya yang memotong daging babi. Tapi yang ditunjukkan bahwa karyawan itu adalah seorang Muslim. Ketika dibahas, kreatornya mengatakan bahwa itu adalah simbol toleransi.
"Itu bukan toleransi, tapi sebaliknya justru mempertentangkan toleransi. Sekalipun mungkin niatnya baik, tapi hasilnya jadi tidak baik," kata Onny di sela acara Sosialisasi Permendikbud No 14/2019 tentang Pedoman Sensor Film". Sosialisasi itu sendiri berlangsung di Hotel Santika Dyandra, Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis, Medan, Jumat (8/8/2019).
Selain itu, lanjut Onny, beberapa waktu ini, banyak film yang tersandung karena memang ada pesan terselubung di dalamnya. Film sebagai film boleh-boleh saja, tapi kalau mau ditayangkan ke publik harus ada sensornya.
"Misalnya film yang dibuat komunitas untuk dilombakan, boleh-boleh saja, tapi kalau mau ditayangkan di publik, ya harus dilihat dulu apakah pesannya bertentangan dengan nilai-nilai sosial di masyarakat. Itulah pentingnya lembaga sensor film," kata Onny.
Menurut Onny, lembaga sensor film juga harus jeli, mengingat film sebagai karya seni cukup kompleks. Menilai film tidak sekadar visualitas, tapi lebih dilihat apa pesan yang diusung. Di sanalah yang penting, kalau pesan atau nilai-nilainya merusak atau bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat, ya harus disensor, jelasnya.