Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Jika Jakarta identik dengan sebutan kota metropolitan, Yogjakarta sebagai kota seni dan pelajar, atau Bandung terkenal sebagai smart city, lalu Medan apa? Medan sejauh ini masih lebih dikenal sebagai kota tanpa identitas. Kebanyakan masyarakat tidak tahu apa sebutan Kota Medan dan justru banyak kesan negatif. Ada yang bilang Medan kota begal, kota sejuta lubang, bahkan kota terjorok karena banyak sampah. Dari sisi lain, orang mengingat Medan itu terkenal dengan durian, bika ambon dan bolu Meranti.
Tentu sebutan yang disematkan pada kota-kota lain juga merupakan sebuah identitas bagi kota tersebut. Tapi Medan tidak ada. Padahal jika melihat dari ruang yang lebih besar, maka Medan itu kota dengan berjuta potensi. Banyak potensi di Medan dan itu bisa ditonjolkan. Namun, Medan belum memiliki identitas.
Enterpreneur muda asal Medan, Alween Ong, mengatakan, identitas sebuah kota itu sangat penting. Sebab ketika ingin melakukan pembangunan maka yang pertama dilakukan adalah mencari potensi.
"Tanpa orang-orang yang mengerti tentang potensi kota maka pembangunan yang dilakukan akan mengambang. Tidak jelas," katanya, saat berbincang dengan media, di Medan, Jumat (9/8/2019).
Alween mengatakan, saat ini Medan memang berusaha menyongsong Medan sebagai "City of Trader" (kota perdagangan). Ini karena dari segi sejarah, Medan terbentuk karena ada kepentingan orang-orang dari negara luar atau pun kota-kota yang lain untuk melakukan perdagangan.
Dengan disongsongnya Medan sebagai kota perdagangan, lanjutnya, ke depan siapapun pemimpin yang akan terjun memimpin kota ini, harus bisa mengatur sebuah program City of Trader. Ketika berbicara kota perdagangan maka Medan harus memiliki pusat bisnis dan mengangkat sisi tourims-nya.
"Inilah yang harus kita dorong bersama-sama. Dari sisi anak-anak muda kreatif sudah harus memikirkan kontribusi apa yang akan diberikan. Serta dari pemerintah harus terjun ke bawah untuk melihat kebutuhan untuk menunjang bisnis," katanya.
Alween melanjutkan, mendorong identitas kota perdagangan merupakan tugas bersama. Dan jika ini bisa berjalan maka Medan akan mengejar ketertinggalannya dengan kota lainnya.
Jika melihat dari rekam jejak pemimpin di Medan sebelumnya, lanjutnya, kebanyakan mereka memiliki keinginan membangun tetapi ada power yang menekan dan ada yang punya kemampuan tetapi tidak maksimal. Padahal keinginan dan kemampuan harus berjalan bersamaan.
"Maka pemimpin yang terpilih nantinya harus mampu dan berani membuka kanal komunikasi dengan masyarakat. Dalam arti, dapat menerima masukan-masukan positif demi kemajuan Kota Medan," katanya.
Alween sendiri tidak menampik keinginannya menjadi calon Wali Kota Medan ke depannya. Namun, baginya yang terpenting saat ini tetap memajukan Kota Medan dengan konsen di bidang wirausaha.