Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Pada akhir tahun 2018, pemerintah telah mengeluarkan izin impor garam untuk industri sebanyak 2,7 juta ton yang akan direalisasi selama tahun 2019. Hingga semester I-2019, realisasinya sudah mencapai 1,5 juta ton.
"Sudah 1,5 juta ton per 15 Agustus realisasinya. Tahun ini tetap alokasi impornya 2,7 juta ton," tutur Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Indrasari Wisnu Wardhana usai menghadiri rapat koordinasi realisasi impor garam di semester I-2019, di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Artinya, dari kuota tersebut masih ada sekitar 1,1 juta ton garam impor untuk industri yang belum direalisasi. Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris umum Asosiasi Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara menjelaskan, garam impor ini nantinya akan digunakan untuk industri aneka pangan, industri chlor alkali plant (CAP), industri kimia, industri kertas, dan sebagainya.
"Dari 2,7 juta ton itu, realisasi baru 1,5 juta ton. Dari rekomendasi hasil rakor tahun lalu itu, semester pertama 2,7 juta ton. Baru terealisasi 1,543 juta ton, itu termasuk untuk aneka pangan dan industri lain termasuk CAP, industri kertas, dan industri kimia. Artinya masih banyak kekurangan, kurang lebih 1,1 juta ton yang belum diimpor," terang Cucu.
Cucu mengatakan, dari 1,5 juta ton garam impor yang sudah terealisasi hanya ada sekitar 77.000 ton garam yang tersisa. Sehingga, pihaknya membutuhkan percepatan realisasi impor garam agar perusahaan-perusahaan tetap bisa berproduksi.
"Kurang lebih 77.000 ton lah (sisa stok garam industri) dari semua industri. Makanya perlu percepat realisasi karena ini berkaitan dengan kebutuhan bahan dasar, bahan baku untuk industri," papar Cucu.
Namun, Cucu menegaskan bahwa pihak-pihak industri tidak meminta tambahan kuota impor dari 2,7 juta ton yang sudah ditetapkan. Pihaknya hanya menginginkan agar sisa kuota 1,1 juta ton garam dapat segera diimpor. Ia menyebutkan, ada beberapa perusahaan yang terpaksa berhenti produksi dan merumahkan karyawannya karena habis bahan bakunya.
"Tidak ada, kita tidak minta tambahan tapi kita ingin sesuai hasil rapat lalu itu yang 2,7 juta ton direalisasikan. Karena ini kebutuhan sangat mendesak. Ada perusahaan-perusahaan pemasok anggota makanan dan minuman yang sekarang sudah merumahkan karyawannya, stop produksi, karena sudah habis bahan baku," pungkas Cucu. dtc