Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ustaz Abdul Somad (UAS) dipolisikan sejumlah pihak terkait video viral dirinya membahas salib karena menjawab pertanyaan jemaah dalam sebuah pengajian. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengingatkan seorang penceramah atau dai untuk lebih hati-hati ketika menyampaikan materi dakwah.
"Saya ingin tekankan dulu bahwa jejak digital tidak akan pernah hilang. Sekali kita lakukan sesuatu baik tulisan maupun rekaman ataupun gambar, selamanya akan terekam. Di situ kita bicara pentingnya kehati-hatian. Apalagi bila yang berbicara itu seseorang yang diikuti orang banyak," kata Wasekjen PBNU KH Masduki Baidlowi saat dihubungi, Selasa (20/8/2019) malam.
Sebab menurutnya mayoritas masyarakat Indonesia punya ciri patron-klien. Masyarakat Indonesia mengikuti tokoh yang dianut.
"Kalau tokohnya baik, memberikan keteladanan maka otomatis umatnya akan baik. Tapi sebaliknya, kalau tidak hati-hati, itu akan memicu hal yang berdampak kurang baik di masyarakat," tuturnya.
Menurutnya, untuk masalah ini perlu ditangani hati-hati agar tak memperuncing masalah. Sebab, isu keagamaan merupakan isu sensitif yang bisa menyebabkan masyarakat terbelah.
Masduki mengatakan PBNU bersama Muhammadiyah, MUI, dan semua tokoh agama tengah merawat kondisi masyarakat pasca-Pilpres 2019. Dia berharap semakin banyak masyarakat yang ikut mendinginkan suasana. Dia berharap pihak-pihak tak mendahulukan penyelesaian masalah dengan cara melapor ke polisi.
"Jangan didahulukan persoalan yang didahulukan pengedepanan hukum, politik. Tapi yang harus dikedepankan itu adalah silaturahim antarkelompok masyarakat, antarpemuka agama. Banyak pihak yang ingin Indonesia bubar, baik dari ekstrem kiri maupun kanan," tuturnya.
"Kita harus dinginkan suasana. Semua elemen untuk menahan diri untuk tidak datang ke polisi karena itu tidak menyelesaikan masalah. Walaupun dengan alasan ini negara hukum, maka harus diproses hukum, memang tidak masalah, tapi tidak akan selesai masalahnya," tambah Masduki.
PBNU mengimbau kepada dai untuk mempunyai sikap empati dalam berdakwah agar tidak menyebabkan umat agama lain tersinggung. Menurutnya, dai juga harus punya jiwa negarawan agar dakwah yang disampaikan memperkuat ikatan masyarakat.
"Imbauan kepada para dai, mari kita sebagai dai dari tokoh-tokoh muslim, berempati juga. Dalam artian, kebenaran dalam agama belum tentu berdampak bagus dalam kondisi kebangsaan dan kenegaraan. Oleh karena itu kebenaran dalam agama harus disesuaikan dengan konteks kebangsaan dan bernegara, dan juga kebinekaan. Artinya, seorang dai harus mempunyai jiwa kenegarawanan. Kalau belum ke sana, setidaknya sudah punya bibit negarawan," ungkapnya.
Seperti diketahui, video UAS yang membahas salib beredar di media sosial. UAS sendiri sudah menyampaikan klarifikasi dan menyebut ceramahnya dilakukan di forum internal tertutup.
Ia mengaku heran video pengajiannya yang menjawab pertanyaan jemaah soal salib menjadi viral. UAS menyebut pengajiannya itu dilakukan sekitar tiga tahun lalu. UAS mengatakan penjelasannya mengenai salib merupakan pertanyaan dari jemaah. Dia menyebut lokasi pengajian saat itu berada di Pekanbaru, Riau.
"Kenapa diviralkan sekarang, kenapa dituntut sekarang? Saya serahkan kepada Allah SWT. Sebagai warga yang baik, saya tidak akan lari, saya tidak akan mengadu. Saya tidak akan takut karena saya tidak merasa bersalah, saya tidak pula merusak persatuan dan kesatuan bangsa," tuturnya.
Atas video tersebut, beberapa pihak melaporkan UAS ke polisi. Setidaknya ada empat pihak yang telah melaporkan UAS, yaitu Horas Bangso Batak (HBB), seorang dosen universitas swasta di Jakarta bernama Manotar Tampubolon, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Presidium Rakyat Menggugat (PRM).(dtc)