Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Dia alumni Teknik Arsitektur ITB pada 1995. Juga Master of Urban Design University of California, Berkeley, AS pada 1999-Jika Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengkritik kajian ibu kota Indonesia yang baru di Kalimatan Timur, bukanlah asal bunyi.
Menurut Emil, begitu sapaan akrabnya, luas lahan untuk ibu kota baru terlalu luas. Coba, 200 ribu hektare (sebetulnya 180.000 ha) untuk 1,5 juta penduduk. “Menurut saya boros lahannya," katanya di Bandung, Senin (26/8) lalu.
Emil menyarankan pemerintah harus belajar dari kegagalan ibu kota Brazil (Brasilia) dan Myanmar (Naypyidaw). “"Brazil (Brasilia) sampai sekarang tanahnya terlalu luas, manusia tidak betah dan lainnya. Myanmar (Naypyidaw) juga sama, sepi," katanya.
Lalu, Emil menyodorkan ibu kota Amerika Serikat, Washington DC. Jumlah penduduk yang mencapai 700 ribu jiwa hanya membutuhkan lahan seluas 17 ribu hektare. “Dengan kota padat, bisa jalan kaki, nyaman,” tutur Emil.
"Manusia di kota butuh jarak dekat bukan jauh, semua konsepnya harus jarak jauh konsekuensinya mahal infrastruktur. Berarti trotoar harus lebih panjang, jalan banyak juga," ujarnya.
Saya kira Indonesia pun bisa belajar dari Malaysia yang mempunyai ibu kota baru, Putrajata sejak 1999 silam. Putrajaya seluas 49 kilometer persegi atau 4.900 hektare itu dengan penduduk hanya 91 ribu jiwa.
Meski kecil, Putrajaya memiliki fasilitas lengkap terutama sekolah, universitas, dan ruang publik, malah ada taman seluas 92 hektare.
Memang, lokasi ibu kota baru yang sebagian di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kutai Kartanegara itu disiapkan seluas 180 ribu hektare. Namun untuk tahap awal kawasan induknya mulai dari 40.000 dulu. Kemudian nanti suatu saat di masa depan bisa diperluas sampai 180.000 hektare," tutur Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, di Istana Negara, Senin (26/8) lalu.
Bahkan, separuh dari 180.000 hektare tersebut adalah ruang terbuka hijau, termasuk hutan lindung. Taman Hutan Raya Bukit Soeharto.
Sebetulnya, kawasan induk yang 40.000 hktare itu sudah ideal. Sebab jika diperluas hingga 180.000 hektare sudah 3 kali lipat dari luas Jakarta yang hanya 66.233 hektare. Padahal penduduk Jakarta nyaris 10 juta jiwa. Wah, ibu kota baru terancam akan sepi.