Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Komunitas yang bergerak menggelar festival seni budaya di berbagai daerah di Indonesia mengalami problem yang sama terkait kerja sama dengan pemerintah daerah (Pemda). Kerap kali komunitas bekerja sendiri, padahal apa yang dikerjakan itu sebenarnya ikut membantu pemerintah dalam mempromosikan potensi daerahnya.
Demikian salah satu poin yang terungkap dalam konferensi pers Tao Silalahi Arts Festival (TSAF) 2019 oleh Rumah Karya Indonesia (RKI), di The Caldera Coffee, Jalan Sisingamaraja, Medan, Jumat pagi (30/8/2019).
Dede Pramayoza dari Begawai Nusantara mengatakan, masalah itu memang terjadi di semua daerah. Banyak komunitas yang menggelar festival bekerja sendiri tanpa dukungan dari pemerintah.
"Memang kondisinya begitu, namun biasanya 1-2 tahun berjalan, biasanya akan ketemu irisan kepentingan antara komunitas dan pemerintah terhadap kegiatan itu. Jadi memang tantangannya harus dihadapi dulu," ujarnya.
Dede menekankan, sejauh ini ada 14 festival yang tergabung dalam jejaring Begawai Nusantara, termasuk TSAF yang difasilitasi oleh Yayasan Umar Kayam dengan dukungan Ford Foundation.
Direktur Yayasan Umar Kayam, Kusen Alipah Hadi, menegaskan, meski kondisinya seperti itu, para pegiat festival yang berbasis komunitas tidak perlu berkecil hati. Salah satu solusinya adalah dengan membangun jaringan sesama komunitas.
"Kalaupun kondisinya seperti itu, komunitas jangan kalah semangat. Perlu waktu untuk itu, apalagi kondisinya sekarang sudah lebih baik dibanding tahun sebelum-sebelumnya," jelasnya.