Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Anjloknya harga komoditas khususnya subsektor perkebunan membuat kinerja ekspor Sumatra Utara (Sumut) melempem. Per Juli 2019, nilai ekspor Sumatra Utara (Sumut) terpangkas US$ 668,968 juta (13,11%) menjadi US$ 4,435 miliar dibandingkan periode sama tahun 2018 senilai US$ 5,104 miliar.
Turunnya nilai ekspor Sumut akibat harga jual barang ekspor terlihat dari berat bersih ekspor yang justru naik. Berat barang ekspor Sumut per Juli 2019 naik menjadi 5.412.288 ton dari periode sama tahun 2018 yang sebanyak 5.238.735 ton.
"Golongan barang yang mengalami penurunan ekspor yang cukup tinggi per Juli 2019 adalah CPO sebesar 18,93% atau US$ 372,319 juta menjadi US$ 1,594 miliar," kata Kepala Seksi Statistik Harga Konsumen dan Harga Perdagangan Besar Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Hafsyah Aprillia, Senin (2/9/2019).
Selain CPO, penurunan tertinggi berikutnya adalah golongan barang karet dan barang dari karet sebesar 12,16% atau US$ 87,345 juta menjadi US$ 630,924 juta. Kemudian tembakau turun sebesar 12,12% atau US$ 70,656 juta menjadi US$ 512,206 juta.
Barang ekspor lain yang mengalami penurunan yakni bahan kimia organik sebesar 20,91%, tembakau sebesar 1,69%, kayu dan barang dari kayu turun 9,62%, sabun dan preparat pembersih turun 9,57% dan eskpor buah-buahan turun 16,46%.
Penurunan nilai ekspor dampak dari anjloknya harga jual barang ekspor khususnya komoditas unggulan Sumut seperti sawit, karet dan kakao. Kondisi ini semakin diperparah perekonomian global yang masih melambat.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adyaksa, mengatakan, harga jual ekspor CPO dan karet yang masih terus turun memang sangat mempengaruhi ekspor Sumut. "Karena dua golongan barang ini memberikan andil besar dalam penerimaan devisa Sumut setiap tahunnya. Tentu diharapkan kinerjanya semakin baik hingga akhir tahun nanti. Jika tidak, akan berdampak buruk juga terhadap perekonomian Sumut," katanya.