Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur dibayangi isu ketidakmampuan penyediaan rantai pasok material konstruksi yang efektif dan efisien. Pasalnya Kalimantan selama ini lebih banyak mendatangkan material konstruksi dari luar daerahnya.
Dirjen Bina Konstruksi Syarif Burhanuddin mengatakan rencana pembangunan ibu kota baru akan membuat kebutuhan material dan peralatan konstruksi bertambah. Jika tidak dipersiapkan dengan baik, suplai material dan peralatan konstruksi yang sebelumnya surplus bisa saja menjadi defisit.
"Demikian juga kalau estimasi pembangunan infrastruktur 2019-2024, maka akan kelihatan bahwa setiap tahun kita butuh lebih banyak beton pracetak, aspal, baja, alat berat, dan sebagainya. Apakah kita siap? Jangan-jangan kebanyakan impornya lagi nantinya," kata Syarif dalam paparan di acara Workshop Pembinaan Rantai Pasok dan Material Konstruksi di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Sumber daya material dan peralatan konstruksi ini perlu dikelola dengan pendekatan pengelolaan rantai pasok. Namun ada beberapa permasalahan dalam pengelolaan rantai pasok konstruksi saat ini, mulai dari ketidakpastian permintaan, ketidakpastian pasokan, dan ketidakpastian informasi.
"Bahkan informasi kadang beda dengan yang ada di lapangan. Mengapa kita ketergantungan impor? Karena kita tidak tahu persis berapa kemampuan kita di dalam negeri. Bahkan dikatakan kita impor baja, ternyata kita mampu produksi baja itu," kata Syarif.
Dari peta keseimbangan suplai dan permintaan material dan peralatan konstruksi 2019, Pulau Kalimantan menunjukkan defisit untuk kebutuhan aspal buton, baja, beton pracetak, dan beton prategang. Sementara di Sumatera, tidak tercatat adanya defisit material dan peralatan konstruksi.
Informasi ini diharapkan dapat memperkuat channel distribusi untuk mengembangkan jaringan wilayah potensial yang merata di setiap wilayah.
Selain itu, demi meningkatkan efisiensi dan efektifitas rantai pasok konstruksi, material konstruksi ke depan bisa dikirim dalam bentuk jadi atau setengah jadi. Efisiensi ini diharapkan dapat menekan indeks kemahalan konstruksi yang menonjol.
"Artinya mungkin ke depan kita tidak harus membawa materialnya ke calon ibu kota negara, tapi kita bawa produk yang sudah setengah jadi atau jadi dibawa ke sana," kata Syarif.
"Jadi material tidak harus dibawa keseluruhan batu dari palu, pasir dari Sulbar, dan seterusnya. Tapi semuanya sudah dalam bentuk sudah siap didistribusikan saja dengan adanya trade yang kita kembangkan saat ini," tambahnya.(dtf)