Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sekitar 150 orang mengikuti acara Temu Teknis Inovasi Pertanian dan Panen Kaji Terap Padi, yang di gelar Balitbangtan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatra Utara (Sumut), Senin (2/9/2019), di Desa Mangga, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Acara yang dimulai dengan panen demplot tanam padi dengan metode tanam jajar legowo (Jarwo) 2:1 itu memperoleh hasil berkisar 10,4 ton per hektare. Sedangkan produktivitas yang diperoleh dari hasil Tabela (tanam benih langsung) berkisar 8 ton per hektare. Kedua demplot itu menggunakan benih padi varietas Inpari 33.
"Itu hasil ubinan yang kita lakukan dan hasil panen itu diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Langkat," kata Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan yang diwakilkan Putri Nirwana S, dalam keterangannya, Selasa (3/9/2019), di Medan. Hadir dalam acara itu, Kepala Balitbangtan BPTP Sumut, Khadijah El Ramija, Dinas Pertanian dan Ketapang Kabupaten Langkat, Badan Penyuluh Pertanian (BPP) dan para penyuluh dari lima kecamatan di Langkat (Stabat, Binjai, Sri Bingai, Hinai dan Secanggang), peneliti, penyuluh BPTP Sumut, BPS, Kodim 0203, Babinsa, Poktan, petani dan tokoh masyarakat.
Putri menjelaskan, temu teknis inovasi pertanian ini merupakan forum pertemuan antara peneliti-penyuluh BPTP dan penyuluh di lapangan, dalam rangka mengkomunikasikan, mendiseminasikan dan menjaring inovasi pertanian hasil Litkaji. Hasil Litkaji (penelitian dan pengkajian) ini, kata dia, untuk digunakan sebagai referensi penyuluh pertanian dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian di lapangan. "Temu teknis inovasi pertanian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh pertanian terhadap inovasi pertanian, teridentifikasinya teknologi yang dibutuhkan, serta teridentifikasinya teknologi yang perlu disempurnakan," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Balitbangtan BPTP Sumut Khadijah El Ramija, dalam sambutannya berharap, pelaksanaan kaji terap di Desa Mangga dapat disebarluaskan di masing-masing wilayah binaan penyuluh peserta. "Implementasi dapat dilakukan dalam bentuk demplot atau display dengan sasaran pembelajaran petani-petani di wilayah binaan," kata dia.
Dengan demikian, materi teknologi inovasi pertanian yang diberikan dapat meningkatkan kinerja usaha tani, khususnya di Desa Mangga, serta memberikan dampak yang luas dalam mendukung program strategis Kementerian Pertanian. Khadijah juga mengatakan, pada hari itu terdapat dua materi temu teknis yang disampaikan, pertama materi sistem tanam Tabela padi, oleh peneliti padi BPTP Sumut Akmal dan materi kedua tentang pengendalian ulat grayak “armyworm” pada jagung oleh Evawaty Sri Ulina.
Dikatakannya, kegiatan Kaji Terap merupakan kegiatan uji paket/komponen teknologi di lahan petani/BPP sebagai wahana untuk membuktikan dan menyakinkan paket/teknologi tersebut sesuai dengan kebutuhan spesifik di lokasi kajian. Selain itu, juga sebagai wahana pembelajaran bersama bagi peneliti, penyuluh pertanian, dan petani. Kegiatan Kaji Terap yang dilaksanakan ada dua komoditas, padi dan jagung. Kaji Terap Padi dilaksanakan di Desa Mangga Kecamatan Stabat melibatkan dua Poktan, 11 orang petani dengan total luasan dua hektare. Varietas yang digunakan adalah Inpari 33 label putih. Pada Kaji Terap itu dilakukan tiga cara sistem tanam yaitu Sistem Tabela (tanam benih langsung), Sistem tanam Jarwo 2: 1 dan Sistem tanam Cara Petani.
Sedangkan Kaji Terap Jagung dilaksanakan dalam upaya mengenalkan varietas dan teknologi budidaya jagung Balitbangtan. Kaji Terap Jagung, kata Khadijah, dilaksanakan di Poktan Makmur Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai, dengan varietas tiga perlakuan jarak tanam, yaitu 75x20 cm satu benih per lubang, jarak 75x40cm 2 benih per lubang dan jarak sesuai petani.
Kegiatan itu diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain untuk percepatan transfer dan proses adopsi teknologi Balitbangtan, mendekatkan sumber inovasi kepada penyuluh dan petani, sehingga senjang inovasi hasil penelitian dan pengkajian dapat di kurangi. Kemudian memberikan “amunisi” baru dalam melaksanakan tugas penyuluhan pertanian serta meningkatkan wawasan untuk mengembangkan inovasi metode komunikasi dan diseminasi bagi penyuluh pertanian daerah/lapang. Terakhir, menjadi wahana penjaringan umpan balik untuk penyempurnaan teknologi sehingga terwujud inovasi secara berkesinambungan dan identifikasi kebutuhan teknologi spesifik lokasi.