Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Apa yang harus kita katakan ketika BJ Habibie pergi “mengetuk pintu Tuhan” usai magrib, Rabu (11/9) lalu? Semoga khusnul khotimah, dan damai di sisi-Nya. Selebihnya adalah “kenangan bernas” yang tak tertandingi oleh presiden-presiden sesudah beliau.
Ketika dia berkuasa pada 1998 silam, pertumbuhan ekonomi Indonesia hancur-hancuran digempur oleh krisis ekonomi. Sampai minus 13,8% pada 1998 silam.
Namun di akhir kekuasaannya pada 1999, ekonomi bertumbuh 2%. Wah, menaik sekitar 15%, capaian yang spektakuler dan fantastis. Bahkan rupiah menguat dari Rp 16.800 menjadi Rp 6.500 per US$ pada 1999. Inflasi juga anjlok dari 77,6% menjadi 2%. Luar biasa.
Presiden Abdurrahman Wahid yang kemudian digantikan oleh Megawati berhasil mencapai 5,13% pertumbuhan ekonomi, seusai Pilpres 2004. Namun rupiah melemah dari Rp 8.200 pada Juni 2003, menjadi Rp 9.500 per US$ usai pemilu Presiden Juni 2004.
Tatkala Susilo “SBY” Bambang Yudhoyono menjadi presiden, pertumbuhan turun menjadi 4,6% pada 2009, meskipun diakibatkan krisis keuangan global pada 2008 silam. Namun rupiah melemah dengan kurs Rp 12.000 per US$.
Di akhir periode kedua SBY, ekonomi Indonesia naik menjadi 5,02% pada 2014, meski mengalami penurunan dibandingkan 2013, 5,58%. Sementara kurs rupiah melemah sedikit menjadi Rp 12.135 per US$.
Nah, di era Presiden Jokowi, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2018 mencapai 5,17%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan 2017 sebesar 5,07%. Pada 2014 pertumbuhan ekonomi tercatat 5,01%, 2015 sebesar 4,88%, 2016 sebesar 5,03% dan 2017 sebesar 5,07 persen.
Pertumbuhan ekonomin Indonesia pada 2020 diprediksi berkisar antara 5,1-5,5%. Pertumbuhan ekonomi pada akhir 2019 diperkirakan berkisar 5,0%-5,4%. Jika pada kuartal-II 2019 mencapai 5,05% lebih rendah dibandingkan kuartal I-2019 yang mencapai 5,07%. Yang rada miris adalah kurs rupiah yang kini sekitar Rp 14.000 per US$.
Jika berkaca kepada era Habibie, dia tidak hanya membuat peningkatan ekonomi yang drastis. Tetapi juga penuh dengan gebrakan politik. Dia bebaskan pers nasional. Membebaskan tahanan politik. Membuka peluang seluas-luasnya mendirikan partai politik, padahal semula hanya 3 parpol. Serta mewujudkan otonomi daerah.
Lalu, menyelenggarakan Pemilu yang berbeda 180 derajat dengan orde baru. Tatanan politik baru inilah yang membuat kepercayaan dunia internasional menguat, sehingga berakibat kepada perbaikan ekonomi. Saya kira, bisa juga menjadi referensi bagi pemerintahan sekarang.