Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Salah satu daya tarik wisata di suatu daerah adalah kekhasan dan keunikan yang dimilikinya. Hal itulah yang dikembangkan negara-negara yang perkembangan wisatanya terbilang maju. Termasuk Malaysia dan Italia. Demikian salah satu point yang mengemuka dalam diskusi "Sustainable Tourism in Inner Areas".
Diskusi yang digelar Kelompok Kerja Pariwisata Danau Toba dan Pariwisata Berkelanjutan Universitas Sumatra Utara (USU) ini berlangsung di Lantai 3 Gedung Administrasi, Jalan Dr Mansyur, Medan, Jumat (13/9/2019).
"Kearifan lokal di Italia menjadi salah satu keunikan yang membuat wisatawan mancanegara berkunjung ke negara ini," kata Antonella Trombadore dari University of Florence (Italia) salah seorang pemantik diskusi.
Namun hal itu ditanggapi salah seorang peserta dari Yayasan Pecinta Danau Toba (YPDT) Halomoan Tobing. Menurutnya di Indonesia, khususnya Sumatra Utara, justru terbalik. Beberapa waktu lalu, sempat ada wacana wisata halal di Kawasan Danau Toba (KDT) yang bertentangan dengan kearifan lokal yang ada.
"Kalau di Malaysia dan Italia, kearifan lokal menjadi kemasan wisata. Sehingga pertumbuhan ekonomi dari desa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Tobing.
Tapi kemarin, sambung Tobing, konsep wisata halal itu menjadi konflik karena memang bertentangan dengan kearifan lokal yang ada.
Diskusi ini sendiri dibuka oleh Wakil Rektor II Fidel Ganis Siregar. Fidel mengatakan perlu sharing pengalaman dan berbagi konsep dalam pengembangan wisata antarnegara. Itulah salah satu tujuan diskusi ini digelar, jelasnya.